oleh

Jujur Mujur, Dusta Sengsara

Kejujuran merupakan sebuah kemuliaan bagi seorang hamba. Dengan kejujuran seorang akan menjadi mulia dan diterima ucapannya di sisi manusia. Oleh karenanya Allah Ta’ala memerintahkan kaum mukminin untuk jujur dalam segala urusannya. Allah Ta’ala berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar. (at-Taubah: 119)

Sifat yang mulia ini merupakan salah satu sebab seorang meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebaliknya, perbuatan dusta akan mengantarkan pelakunya ke dalam jurang kebinasaan. Yang demikian itu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits,

Lafadz dan Arti Hadits

عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ صِدِّيقًا، وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ، فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كَذَّابًا

Dari Abdullah bin Mas’ud beliau berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘’Wajib atas kalian untuk jujur, karena kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan mengantarkan ke dalam Surga. Tidaklah seseorang senantiasa berbuat jujur sampai dia dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah dusta, karena kedustaan akan mengantarkan kepada kejelekan, dan kejelekan akan memasukkan pelakunya ke dalam Neraka. Tidaklah seorang hamba senantiasa berbuat dusta sampai dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai pendusta.’’

Takhrij Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 2607 dan Imam Tirmidzi no. 1971. Hadits ini sahih. Disahihkan oleh Syaikh Muhammad bin Nasir (1332-1420 H) rahimahullah sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih wa Dhaif Sunan at-Tirmidzi jilid 4 hal. 471.

Perawi Hadits

Sahabat yang mulia ini bernama Abdullah bin Mas’ud bin Ghafili Al-Hudzali. Ia adalah sahabat keenam yang memeluk agama Islam. Beliau telah melakukan hijrah dua kali ke Habasyah dan telah mengikuti semua pertempuran bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada pertempuran Badr Ia berhasil membunuh Abu Jahl. Sosok mulia ini diangkat menjadi hakim pada masa kekhilafahan Umar bin al-Khattab. Beliau wafat pada tahun 32 H. Semoga Allah meridhainya.

Penjelasan Tentang Sifat Jujur Dan Dusta

Jujur sebagaimana disebutkan oleh para ulama yaitu engkau mengabarkan sebuah berita sesuai dengan realita. Sifat ini hanya dimiliki oleh orang mukmin. Adapun dusta merupakan sifat orang munafik. Kami berlindung kepada Allah dari sifat tersebut.

Orang-orang yang jujur mereka berada pada kedudukan yang kedua dari makhluk yang Allah Ta’ala berikan kepada mereka kenikmatan. Sebagaimana dalam ayat-Nya Allah berkata,

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِم مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ

“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang jujur, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (an-Nisa: 69)

Maka seorang yang terus-menerus jujur, ia akan dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai shiddiq (orang yang suka jujur). Sifat jujur memiliki kedudukan yang agung, tidak akan diraih kecuali hanya sedikit dari manusia.

Sebaliknya, sifat dusta yaitu menyampaikan sebuah berita yang tidak sesuai dengan realita, baik dengan ucapan ataupun perbuatan. Inilah sifat orang munafik yang sangat buruk, mereka menampakkan keislaman, namun mereka menyembunyikan kekufuran.

Dusta adalah perkara yang diharamkan. Bahkan sebagian ulama menjadikan dusta bagian dari dosa besar karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan ancaman dalam haditsnya, yaitu dia akan dicatat di sisi Allah Ta’ala sebagai pendusta.

Termasuk kedustaan yang besar adalah seseorang mengucapkan atau menyampaikan ucapan yang dusta. Dia tahu bahwa yang dia ucapkan itu dusta, akan tetapi dia ingin agar manusia mentertawakannya. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengancam orang-orang yang melakukan hal ini, beliau bersabda,

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ، وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ

“Kecelakaan bagi orang yang menyampaikan sebuah kedustaan hanya untuk ditertawakan oleh yang mendengarnya, sungguh celaka dan celaka”1

Di zaman ini, dengan beragam alat-alat yang canggih, seorang mampu menulis, menyebarkan semua yang ia maukan dari video, gambar dan selainnya. Tentu, ini merupakan kenikmatan dari Allah Ta’ala, sehingga kita dituntut untuk menjaganya dengan baik. Jangan sampai dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh Allah, justru kita gunakan untuk menyebarkan kedustaan, berita-berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan dan selainnya. Ingat wahai saudaraku, itu semua akan dimintai pertanggung jawaban di sisi Allah Ta’ala.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (al-Isra’: 36)

Faidah Hadits

  1. Anjuran untuk berkata jujur dan larangan dari perbuatan dusta.
  2. Kejujuran merupakan jalan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, kedustaan akan mengantarkan seseorang kepada kerugiaan dan kesengsaraan.
  3. Jujur memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah Ta’ala.
  4. Larangan menyebarkan sesuatu yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Akhir kata, semoga Allah Ta’ala menjadikan kita hamba-hambaNya yang selalu jujur dalam segala urusan dan menjadikan kita termasuk bagian dari orang-orang yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat, serta menjauhkan kita dari sifat orang munafik yang buruk lagi hina (dusta) yang tempat kembali mereka di Neraka yang paling bawah. Amiin. DW-IMM

Penulis: Dawud Malang


1 Dari seorang tabiin yang bernama Bahz bin Hakim rahimahullahu, dari bapaknya dari kakeknya, dan diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam sunannya no. 4990, Imam Ad-Darimy dalam sunannya no. 2744, Hasan.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *