oleh

I’tikaf di Bulan Suci Ramadhan

Manusia memiliki masa semangat dalam mengerjakan ketaatan dan masa lemah semangat. Ibarat sebuah harta, semangat untuk beribadah merupakan harta yang berharga bagi seseorang. Sebab tanpa semangat sesorang tidak akan mampu mengusahakan ibadah secara maksimal dan optimal.

Nah, di bulan yang mulia ini, saat kaum muslimin tergugah untuk bersemangat dalam ibadah, ada baiknya bila kita sedikit membahas tentang ibadah I’tikaf. Sebuah ibadah yang biasanya menjadi ‘viral’ saat bulan ramadhan.

Sebelum kita beranjak untuk membahas dalil yang menunjukkan akan disyariatkannya amal ibadah yang mulia ini ada baiknya jika kita mengetahui definisinya.

  • Pengertian I’tikaf

I’tikaf secara bahasa adalah berdiam atau menetap di suatu tempat tertentu. Adapun secara syar’I adalah tinggal di masjid dengan sifat tertentu dalam konsentrasi beribadah kepada Allah Ta’ala.

I’tikaf adalah amalan sunnah, terlebih di hari-hari saat bulan ramadhan, dan lebih di tekankan lagi di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

  • Lafadz hadits

Hadist pertama :

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِن رَمَضَانَ»

Hadist kedua :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزواجُهُ مِنْ بَعْدِهِ»

__________

  • Terjemah hadits

Hadist Pertama :

Dari Ibnu Umar-radhiallahu ‘anhu-beliau berkata :”bahwasanya Nabi-shallallahu alaihi wasallam- dahulu senantiasa melakukan I’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan.”

Hadist kedua :

Dari ‘Aisyah-radhiyallahu ‘anha-beliau berkata :”Bahwasanya Nabi-shallallahu alaihi wasallam-senantiasa melakukan I’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Kemuadian para isteri beliau pun melakukan I’tikaf sepeninggal beliau.”

Begitupula datang dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

{وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ} [البقرة: 187]

“Dan janganlah kalian mencampuri mereka itu (isteri-isteri kalian), sedang kalian dalam keadaan ber’iktikaf di masjid-masjid.”

Dan juga firman Allah Ta’ala :

{أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ } [البقرة: 125]

“Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang I’tikaf, yang ruku’, dan yang sujud.”

  • Status hadits

Hadits pertama adalah muttafaq ‘alaihi, diriwayatkan oleh imam Bukhori dalam shahihnya no. 2025 dan imam Muslim dalam shahihnya no. 1171.

Hadits kedua adalah muttafaq ‘alaihi, diriwayatkan oleh imam Bukhori dalam shahihnya no. 2026 dan imam Muslim no. 1172.

  • Perawi hadits
  1. Perawi hadist pertama adalah sahabat Abdullah bin Umar bin al-Khattab al-Qurasy al-Adwi radhiyallahu ‘anhu. Beliau masuk islam di Makkah bersama dengan ayahnya dan berhijrah ke Madinah pada umur yang kesupuluh. Beliau mengikuti perang Khandaq dan peperangan-peperangan setelahnya. Termasuk pemukanya shahabat, seorang yang kokoh di atas sunnah dan benci serta lari dari bid’ah. Wafat pada tahun 74 H.
  2. Perawi hadist kedua adalah seorang shahabiyah ‘Aisyah binti Abi Bakr ummul mukminin radhiyallahu ‘anha, termasuk di antara salah satu isteri Nabi-shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau adalah seorang wanita yang paling faqih secara mutlak dan paling mulia di antara isteri-isteri nabi selain Khadijah-radhiyallahu ‘anha-. Wafat pada tahun 57 H.

Bersambung ke: Poin Penting dari Hadits I’tikaf