oleh

Inilah Konsekuensi Dusta Atas Nama Rasul

Dusta merupakan akhlak yang tercela dan dibenci oleh fitrah setiap manusia. Sifat tersebut merupakan sumber kejelekan. Hal ini dikarenakan terkandung di dalamnya penyesatan, penipuan, serta akibat yang buruk bagi pelakunya maupun selainnya. Adapun sifat jujur adalah sumber seluruh kebaikan dan sifat inilah yang harus ditanamkan pada diri kita. Oleh karenanya para ulama menasehatkan kepada orang-orang yang ingin bertaubat untuk berlaku jujur, sehingga kejujuran itu akan mengajak mereka kepada perkara-perkara yang baik.

Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala membedakan antara orang yang bahagia dan orang yang sengsara, sebagaimana dalam firman-Nya:

فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْكَافِرِينَ (32) وَالَّذِي جَاءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (33) لَهُمْ مَا يَشَاءُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ ذَلِكَ جَزَاءُ الْمُحْسِنِينَ (34)

“Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat kedustaan terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki dari Allah ta’ala. Demikianlah balasan orang-orang yang berbuat baik.” (Az Zumar: 32-34)

Setelah kita mengetahui sedikit penjelasan di atas tentang sifat dusta beserta akibatnya, pertanyaannya… apakah dusta itu bertingkat-tingkat ataukah hanya satu tingkatan? Dusta atas nama manusia apakah sama dengan berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Tentu, jawabannya sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:

Lafadz dan Arti Hadits

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang berdusta atas namaku (rasul) dengan sengaja, maka hendaknya ia menyiapkan tempat duduknya di neraka”.

Takhrij Hadits

Hadits ini shahih, dishahihkan oleh Imam Bukhari dalam bab maa yukrahu min niyaakhah alal mayyit no.1291, dan Imam Muslim dalam bab taglidzul kadzib ‘alar rasul no.3.

Perawi hadits

Beliau berkunyah Abu Hurairah, nama beliau adalah Abdurrahman bin Sahkhr Ad-Dausy. Abu Hurairah adalah sebuah laqab untuknya. Rasulullah yang memberi julukan kepada beliau ’’Abu Hurairah’’, ketika beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang melihatnya membawa seekor kucing kecil. Julukan tersebut semata karena kecintaan beliau kepadanya.

Beliau masuk islam pada tahun ketujuh hijriyyah. Beliau adalah sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadist Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Beliau telah meriwayatkan dari nabi sebanyak 5.374 hadist. Hal ini karena beliau termasuk salah satu sahabat yang tinggal di masjid nabi (Ahlus Suffah). Tumbuh kembang di madinah dalam keadaan yatim, wafat di kota madinah pada tahun 57 hijriyyah.

Penjelasan Hadits secara Global

Ketahuilah wahai saudaraku, yang dimaksud dengan dusta atas nama rasul adalah engkau menyandarkan sebuah perkataan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sementara nabi tidak pernah mengucapkannya. Ini merupakan jenis dusta yang sangat berbahaya.

Dusta atas nama rasul tentunya berbeda dengan dusta atas selainnya, karena dia berdusta terhadap agama. Inilah yang membedakan, karena jika engkau dusta atas nama Rasul seakan-akan engkau mengatakan: inilah agama Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dibawa oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tentu ancamannya lebih besar, yaitu sebagaimana disebutkan dalam hadits hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di neraka. Ini menunjukkan betapa besar dosa yang ia lakukan, karena terdapat padanya ancaman yang sangat keras. Oleh karena itu sepantasnya seorang muslim menjauhi sifat tersebut.

Dalam hadits Mughirah bin Syu’bah, beliau berkata: aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ

“Dusta atas namaku, tidak sama dusta atas seorangpun.” (HR. Imam Bukhari di dalam shahih beliau no. 1291 dan Imam Muslim dalam shahihnya no. 4)

Yang dimaksud dalam hadits ini, bahwa dusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan dusta yang membahayakan pelakunya, karena hal tersebut akan mengantarkan kepada kehancuran kaidah-kaidah islam, syariat, serta hukum-hukumnya. Sepantasnya bagi seorang muslim untuk menjauhi penyimpangan, kesesatan, serta perkataan maupun perbuatan yang sangat jelek.

Pembaca yang semoga dirahmati oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, hendaklah kita meneladani para pendahulu kita dari para sahabat dan yang setelahnya. Sebagaimana disebutkan dalam sejarah, bagaimana dahulu sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, tingginya rasa takut serta ketakwaan yang mereka miliki, menjadi sebab terhalanginya mereka dari berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.

Semangat yang tinggi dalam menerapkan syari’at serta hukum-hukumnya, membelanya dan menyampaikannya kepada manusia sesuai apa yang mereka dapatkan dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Itulah yang tertanam pada sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Maka seorang yang berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pelakunya dihukumi fasik, tidak dipercaya. Wajib bagi setiap muslim untuk tidak berpegang dengan hadits maupun pendapatnya, hasil penelitiannya dan segala hal yang ia lakukan.


Baca Juga: Jujur Mujur, Dusta Sengsara


Bimbingan dalam hadits

    1. Dusta termasuk dosa besar yang akan menafikan kesempurnaan iman.
    2. Dusta atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk jenis dusta yang paling besar.
    3. Wajib bagi setiap muslim untuk berhati-hati atas benar atau tidaknya sebuah hadits.
    4. Bagi siapa saja yang ingin menyebutkan sebuah hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun dia belum menghafalnya dengan baik, hendaknya ia mengatakan:

      أَوْ كَمَا قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

      “Atau sebagaimana yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam”.

    5. Sebagian manusia yang ingin menghancurkan dan mencela agama Islam, mereka berusaha untuk memunculkan hadits-hadits baru yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, padahal beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengucapkannya. Dan para ulama berusaha menjelaskan sisi kedustaan hadits tersebut.
    6. Hadits yang disandarkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sementara beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyampaikannya, hadits tersebut dinamakan: HADITS MAUDHU’ (hadits palsu). Wallahu a’lam. DW-JFR