oleh

Inilah 3 Kisah Karamah Orang Shalih Terdahulu di Dalam Al-Qur’an

Karamah atau karomah adalah perkara yang pasti dan benar adanya. Bukan hal yang fiktif dan dongeng semata, sebagaimana anggapan sebagian orang. Syariat Islam menetapkan benarnya karamah dengan berbagai bukti tentangnya.

Banyak bukti akan kebenaran karamah. Diantaranya di dalam Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat Islam, disebutkan beberapa kisah karamah orang-orang shalih terdahulu. Kisah yang membuat kita terkagum dan takjub, karena kisah tersebut menunjukkan tanda kekuasaan Sang Pencipta alam semesta ini, Rabb kita satu-satunya, Allah Subhanahu wa Ta’ala.


Baca Juga: Mengenal Karamah Para Wali


Berikut ini 3 kisah singkat tentang karamah yang dianugerahkan kepada orang-orang shalih terdahulu. Semoga kisah tersebut dapat bermanfaat bagi kita dan menjadikan kita untuk senantiasa berlomba-lomba meraih predikat takwa dan shalih, serta mencintai orang-orang yang shalih. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Kisah Ashabul Kahfi

Ashabul Kahfi adalah para pemuda shalih yang hidup di tengah-tengah kaumnya yang berbuat syirik. Mereka adalah para pemuda yang telah dianugerahkan keimanan kepada Allah. Mereka merasa khawatir akan keselamatan jiwa dan agama mereka, sehingga melarikan diri dari kampung tersebut dalam rangka hijrah ke jalan Allah demi menyelamatkan agama dan iman mereka.

Allah mudahkan mereka mendapatkan tempat persembunyian di sebuah goa yang berada di atas gunung. Lubang goa tersebut menghadap ke arah utara, sehingga mereka terhindar dari panasnya terik matahari, dalam keadaan mereka tetap mendapatkan cahayanya.

Allah Ta’ala berfirman,

وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah.” (Al-Kahfi:17)

وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا

“Mereka tinggal dalam gua selama tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).” (Al-Kahfi:25)

وَتَحْسَبُهُمْ أَيْقَاظًا وَهُمْ رُقُودٌ وَنُقَلِّبُهُمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَذَاتَ الشِّمَالِ وَكَلْبُهُمْ بَاسِطٌ ذِرَاعَيْهِ بِالْوَصِيدِ لَوِ اطَّلَعْتَ عَلَيْهِمْ

“Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan Kami bolak-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri.” (Al-Kahfi:18)

Mereka tertidur di dalam goa itu. Allah bolak-balikkan tubuh mereka ke arah kiri dan kanan, di musim kemarau dan musim hujan. Mereka tidak terganggu dengan teriknya matahari dan cuaca dingin tidak membuat mereka sakit. Mereka tidak merasa lapar dan haus, tidak pula merasa jemu karena tidur yang panjang. Tidak diragukan lagi bahwa semua itu merupakan karamah.

Begitulah keadaan mereka, hingga ketika kesyirikan telah musnah dari negerinya, Allah bangkitkan mereka dari tidur lelapnya, sehingga mereka selamat dari dosa paling besar, yaitu dosa syirik (menyekutukan Allah dalam ibadah).1

Kisah Maryam Alaihassalam

Kisah lain dalam Al-Qur’an tentang karamah yang Allah anugerahkan kepada hamba-Nya yang shalih adalah kisah Maryam alaihassalam.

Tatkala Maryam mengandung Nabi Isa alaihissalam, ia khawatir dari celaan manusia dan tuduhan keji kepadanya, maka ia pun menyendiri dan menjauh dari mereka. Beliau menjauh dari mereka menuju tempat yang terpencil nan jauh.

Allah Ta’ala berfirman,

فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا

“Maka Maryam mengandungnya, lalu ia mengungsikan diri dan kandungannya itu ke tempat yang jauh.” (Maryam: 22)

Tatkala telah tiba waktu melahirkan anaknya, rasa sakit saat melahirkan memaksa Maryam alaihassalam bersandar pada pangkal pohon kurma. Bertumpuk pada diri Maryam alaihassalam berbagai macam penderitaan; rasa sakit saat akan melahirkan, rasa haus dan lapar, kesepian yang beliau alami dan kekhawatiran tidak mampu bersabar atas apa yang ia derita, sehingga ia pun berharap diwafatkan saja sebelum semua peristiwa ini terjadi.

Allah Ta’ala berfirman,

فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا

“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. (Maryam: 23)

Saat Maryam alaihassalam bersandar di pohon kurma itu, Allah memerintahkannya untuk menggoyangkan pangkal pohonnya, lalu ia pun melakukannya, maka dengan izin Allah berjatuhanlah buah-buah kurma di sekitarnya.2

Tentu ini merupakan karamah yang Allah berikan kepada Maryam alaihassalam disebabkan keshalihan beliau. Bagaimana tidak? Seorang lelaki yang kuat sekalipun tak akan mampu melakukan apa yang dilakukan Maryam alaihassalam. Ia mampu menjatuhkan buah kurma tersebut hanya dengan menggoyangkan pangkal pohonnya, tidak lain hanya dengan pertolongan Allah semata. Terlebih lagi, Maryam alaihassalam seorang wanita yang lemah, bahkan disaat itu ia lagi dalam kondisi akan melahirkan.

Kisah Seseorang Yang Allah Wafatkan 100 Tahun Lalu Allah Hidupkan

Termasuk kisah penuh karamah yang Allah sebutkan dalam Al-Qur’an adalah kisah tentang seseorang yang diwafatkan oleh Allah selama 100 tahun lamanya lalu Allah hidupkan kembali.

Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah berkata:

“Di antara kisah karamah orang shalih, yaitu kisah seorang lelaki yang Allah wafatkan selama 100 tahun lamanya, lalu Allah hidupkan kembali. Hal ini merupakan karamah lelaki tersebut, agar jelas baginya tentang tanda kekuasaan Allah dan agar kekokohan imannya semakin bertambah.”3

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا

“Apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya.” (Al-Baqarah: 259)

Penduduk negeri itu telah wafat. Sebuah negeri yang telah musnah dan temboknya telah roboh menutupi atapnya. Tidak ada manusia yang tersisa sedikit pun, bahkan yang tersisa hanyalah tempat yang kosong lagi tidak berpenghuni. Orang itu berdiri seraya memandang negeri tersebut dengan penuh keheranan.

Lalu Ia berkata, sebagaimana yang Allah hikayatkan dalam kitab-Nya;

قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا

Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” (Al-Baqarah: 259)

Lelaki itu berkata demikian karena menganggap kejadian ini sesuatu yang mustahil terjadi dan juga karena ketidak tahuannya tentang Maha Kuasa Allah Ta’ala atas segala sesuatu. Pada kisah ini, Allah menghendaki kebaikan untuknya tatkala Allah perlihatkan tanda kekuasaan-Nya pada diri lelaki tersebut, keledai, makanan dan minuman yang ia punya.

Allah Ta’ala berfirman,

فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ

“Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun lamanya, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari.” (Al-Baqarah: 259)

Ia merasa bahwa jangka waktu ia wafat padanya sangatlah singkat karena pengetahuannya telah hilang, dimana ia hanya mengetahui kondisinya sebelum ia wafat. Lalu dikatakan kepadanya,

قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ

“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah.” (Al-Baqarah: 259)

Makanan dan minuman tersebut tidak berubah. Tetap pada keadaannya yang semula, meski telah bertahun-tahun lamanya. Tentu ini merupakan tanda kekuasaan Allah, dimana Allah menjaga makanan dan minuman tersebut sehingga tidak berubah dan rusak. Padahal makanan dan minuman secara lahiriah termasuk jenis barang yang sangat cepat berubah dan rusak.4

Allah Ta’ala berfirman,

وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Lihatlah keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, lalu Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (Al-Baqarah: 259)

Lalu apa perbedaan antara karamah dan mukjizat dengan sihir?  Insyaallah akan ada artikel khusus yang menjelaskan perbedaan ketiga perkara tersebut.

Semoga pada artikel berikutnya ada pembahasan seputar hal itu insyaallah.

MPS/IWU

Penulis: Muammar Purwandi

Referensi:

  1. Tafsir As-Sa’dy, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir rahimahullah
  2. Syarh al-Aqidah al-Wasithiyyah, karya Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah

Footnotes

  1. Lihat Syarh al-Aqidah al-Wasithiyyah (2/299)
  2. Lihat Tafsir As-Sa’di hlm. 491
  3. Lihat Syarh al-Aqidah al-Wasithiyyah (2/299)

    ومن ذلك قصة الرجل الذي أماته الله مئة عام ثم بعثه؛ كرامة له، ليتبين له قدرة الله تعالى، ويزداد ثباتًا في إيمانه

  4. Tafsir As-Sa’di hlm.112