oleh

Hukum Sedekah dari Harta Riba

Sedekah merupakan sebuah amalan shalih dan bentuk peribadatan kepada Allah Ta’ala. Orang-orang yang mengetahui keutamaannya akan saling berlomba dalam amalan ini. Namun bagaimana jika seseorang bersedekah menggunakan harta yang haram? Apakah akan diterima ataukah tertolak walaupun diiringi niat baik pelakunya? InsyaAllah akan kita dapatkan jawabannya di dalam artikel ini.

Di Antara yang Haram itu Riba!

Riba sudah jelas keharamannya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

أَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengaharamkan riba” (Al-Baqarah :275)

Laknat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tak luput terhadap orang yang ikut berkecimpung atau saling membantu di dalam muamalah ribawi sebagaimana nukilan sahabat yang mulia Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu,

 لَعَنَ رَسُولُ اللهُ صلى الله عليه وسلم آكِلَ ‌الرِّبَى وموكله وكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْه، وقال: هم سواء

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, orang yang memberi riba, juru tulisnya dan saksinya. Kemudian  beliau mengatakan: ‘Mereka semua sama.” 1

Mereka pun akan dibangkitkan dalam keadaan yang buruk sebagaimana firman Allah Ta’ala berikut,

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسّ

“Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila” (Al-Baqarah :275)

Yang tak kalah rugi, sebagaimana kisah tentang seorang pria yang berdoa kepada Allah Azza wa Jalla bersamaan dengan terkumpul padanya sebab-sebab terkabulnya doa yang di antaranya; melakukan perjalanan jauh dan memanjatkannya dengan penuh kerendahan seraya mengadahkan tangan ke langit.

dia mengatakan,

يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَطَعَامُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغَدَا فِي الْحَرَامِ أَنَّى يَسْتَجِيبُ لَهُ

“Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan konsumsinya dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya.” 2

Lihatlah bagaimana keadaan doanya, Allah Azza wa Jalla pun enggan menerimanya. Betapa meruginya keadaan orang yang seperti ini.

Hukum Bersedekah dari Harta Riba

Bersedekah tidaklah sama dengan riba. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla mengkiaskan perbedaan keduannya

يمحق الله الرِّبَى ويُرْبِي الصدقات

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah” (Al-Baqarah: 276)

Demikian pula Allah Azza wa Jalla menyuburkan sedekah dari harta yang halal. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ تَصَدَّقَ بَعدْل تَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيبٍ وَلَا يَقْبَلُ الله إلَّا الطيِّبَ وإنَّ الله يَتَقَبَّلهَا بِيَمِينهِ ثُمَّ يُرَبِيهَا لِصَاحِبِهِ كَمَا يُربي أحدكُم فَلُوَّهُ حَتَّى تَكونَ مِثْل الْجبَلِ

“Barangsiapa bersedekah dengan sebutir kurma dari hasil kerjanya yang halal. Tidaklah Allah menerima kecuali dari yang halal, sesungguhnya Allah akan mengambil sedekah tersebut dengan tangan kanan-Nya lalu Dia membesarkannya untuk orang yang bersedekah sebagaimana ia membesarkan anak kudanya hingga sampai semisal gunung banyaknya.” 3

Sehingga lawan dari konsekuensi lafadz “Allah tidaklah menerima kecuali dari yang halal” ialah Allah Azza wa Jalla tidak akan menerima sedekah dari sesuatu yang haram. Dari dalil di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa Allah tidak akan menerima sedekah yang bersumber dari harta riba.


Baca Juga: 10 Keutamaan Bersedekah beserta Dalil-dalilnya


Cara Bertaubat dari Harta Riba

Lantas bagaimana jika pelaku riba ingin bertaubat dari harta riba yang ada padanya, bagaimanakah caranya?

Para ulama berselisih pandang tentang cara membersihkannya yang sesuai dengan syariat. Berikut nukilan penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah terkait menyalurkan harta riba untuk kemaslahatan umum,

“Seandainya seorang pelaku ribawi membangun masjid dari harta riba, apakah boleh bagi kita untuk shalat di dalamnya? Maka jawabannya: Boleh untuk kita sholat di masjid tersebut, serta menghasung baginya untuk membangun masjid lain karena padanya terdapat manfaat besar bagi kaum muslimin dan dalam rangka meringankan dosa yang ada pada pelaku ribawi, namun dengan syarat ia meniatkan untuk membersihkan hartanya tersebut.”4

Maka demikian pula untuk fasilitas umum lain yang padanya secara mayoritas didapati manfaat besar bagi kaum muslimin seperti membangun jembatan ataupun jalan umum dan yang semisalnya.

Namun apakah pembersihan harta semacam ini teranggap sedekah?

Para ulama berbeda pandang pula dalam hal ini. Maka Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah melanjutkan:

“Apabila dia bersedekah dalam rangka untuk ‘mendekatkan diri’ (ibadah) kepada Allah Azza wa Jalla maka sedekah tersebut tidak diterima serta tidak gugur darinya dosa atas pekerjaan haram yang ia lakukan, namun apabila dia meniatkan dalam rangka untuk ‘membersihkan’ harta miliknya dari harta haram tersebut, maka dia selamat dari dosa tersebut namun hal ini tidak teranggap sedekah, bahkan itu merupakan bentuk taubat darinya.” 5

Sehingga apabila dia meniatkan dari harta riba tersebut sebagai sedekah, tetap tidak diterima karena menggunakan harta haram. Disebutkan dalam sebuah hadits shahih,

لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ وَلَا صَدَقَةٌ ‌مِنْ ‌غُلُولٍ

“Tidaklah diterima shalat tanpa bersuci, tidak pula sedekah dari ghulul (harta haram)” 6 Wallaahu a’lam. (IQS/LTC/IWU)

Referensi :

  1. Shahih al-Bukhari karya Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Bukhari rahimahullah. (194-256 H)
  2. Shahih Muslim karya karya Imam Abul Husain Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi rahimahullah (204-261 H)
  3. Syarah Arbain an-Nawawi karya Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah

Footnotes

  1. HR. Muslim no. 1232 dari Sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma.
  2. HR. Muslim no. 1014 dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.  
  3.  HR. Bukhari no. 1410. dari Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  4. Syarah Arbain An Nawawi karya Syaikh Muhammad bin Shalih hlm. 172

    و لو أن أحدا بنى مسجدا من أموال ربوية أيصلى فى هذا المسجد أو لا؟

    الجواب: نعم يصلى فيه و يشجع هذا على أن يبني مساجد أخرى لأن فيها نفع للمسلمين و تخفيفا من الإثم عليه إذا نوى بذلك التخلص

       

  5. Syarah Arbain An Nawawi karya Syaikh Muhammad bin Shalih rahimahullah hlm. 172

      إن تصدق به تقربا إلى الله عز و جل لم تقبل منه و لم يسقط عنه إثم الكسب الحرام, و إن تصدق به تخلصا منه سلم من الإثم و لكن لا هذه الصدقة على أنها صدقة بل على أنها توبة  

  6. HR. Muslim No. 224 dari Sahabat Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma.