oleh

Hukum Menunda Membayar Hutang Puasa Ramadhan Hingga Ramadhan Berikutnya

-Fiqih-1,809 views

Ketika seseorang memiliki hutang puasa Ramadhan, akan tetapi dia menunda membayar hutang puasa tersebut sampai masuk bulan Ramadhan tahun berikutnya, maka apa yang harus dia lakukan? Apakah waijib baginya untuk membayar hutang puasa Ramadhan? Atau dia wajib membayar fidyah bersama membayar hutang puasa Ramadhan? Berikut penjelasannya.

Hukum Menunda Membayar Hutang Puasa Ramadhan Tanpa Udzur Hingga Ramadhan Berikutnya

Seseorang menunda membayar hutang puasa Ramadhan tanpa uzur syar’i hingga tiba Ramadhan berikutnya, maka dia berdosa, wajib baginya untuk bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta membayar hutang puasa Ramadhan yang dia tinggalkan. Adapun membayar fidyah, maka tidak wajib atasnya menurut pendapat yang lebih kuat.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan,

Apabila seseorang menunda membayar hutang puasa Ramadhan tanpa uzur sampai Ramadhan berikutnya, wajib baginya berpuasa pada bulan Ramadhan sekarang, kemudian setelah itu membayar hutang puasa Ramadhan yang telah lalu dan tidak wajib atasnya untuk membayar fidyah. Ini merupakan pendapat Imam Hasan al-Bashri, Ibrahim an-Nakha’i, Abu Hanifah, al-Muzani dan Dawud”.1

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah menukil perkataan Imam Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah, beliau berkata,

Seseorang yang lalai membayar hutang puasa Ramadhan sampai tiba Ramadhan berikutnya, hendaklah ia berpuasa untuk bulan Ramadhan saat ini dan yang telah lalu”. Imam Ibnu Hajar berkata, “Beliau (Ibrahim an-Nakha’i) tidak berpendapat wajibnya memberi makan (fidyah) kepada orang miskin”.2

Imam Mawardi asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

“Jika seseorang belum membayar hutang puasa Ramadhan sampai masuk bulan Ramadhan berikutnya, maka dia berpuasa untuk Ramadhan saat ini, bukan membayar hutang puasa Ramadhan. Apabila dia telah menyelesaikan puasanya untuk Ramadhan saat ini, barulah setelah itu dia membayar hutang puasa Ramadhan yang lalu dan tidak ada kewajiban kafarah (tebusan) padanya. Ini adalah pendapat Imam Malik, Ahmad, Ishaq, al-Auza’i, ats-Tsauri”.3

Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala

فَعِدَّةٌ مِنْ أيّامٍ أُخَر

Maka (wajib baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain (setelah Ramadhan)”. (Al-Baqarah: 185)

Hukum Menunda Membayar Hutang Puasa Ramadhan Hingga Ramadhan Berikutnya Karena Uzur

Adapun jika dia menunda membayar hutang puasa Ramadhan karena uzur yang berkepanjangan hingga tiba Ramadhan berikutnya, maka hal itu tidak mengapa dan dia tidak berdosa, namun tetap wajib baginya untuk membayar hutang puasa Ramadhan yang tidak sempat ia tunaikan.

Imam Nawawi rahimahullah menyatakan,

Jika seseorang senantiasa melakukan safar atau tertimpa sakit maupun uzur lainnya yang berkepanjangan sehingga tertunda membayar hutang puasa Ramadhan sampai tiba Ramadhan berikutnya, maka menurut pendapat kami dia berpuasa untuk Ramadhan saat ini, kemudian dia membayar hutang puasa Ramadhan yang lalu dan tidak wajib fidyah atasnya, dikarenakan udzur yang ada padanya”.4

Imam Baghawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata,

Apabila seseorang menunda membayar hutang puasa Ramadhan sampai masuk Ramadhan berikutnya, kami berpendapat, apabila memang udzurnya berkelanjutan seperti sakit atau safar yang berkepanjangan sampai dia meninggal, maka dia tidak berdosa”.5

Imam Mawardi asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

Seseorang yang menunda membayar hutang puasa Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya karena udzur yang berkepanjangan seperti sakit atau safar, maka dia tidak perlu membayar tebusan (fidyah)”.6

Hukum Meninggalkan Membayar Hutang Puasa Ramadhan Hingga Ramadhan Berikutnya Karena Tidak Tahu

Seseorang yang memiliki hutang puasa Ramadhan, kemudian tidak membayar hutang puasa Ramadhan karena tidak tahu atau minimnya ilmu yang ada pada dirinya, maka dia tidak berdosa serta tidak ada kewajiban lain baginya selain membayar hutang puasa Ramadhan yang telah dia tinggalkan.

Dia juga tidak perlu membayar kafarah (tebusan) dan hendaknya dia juga bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Asy-Syaikh Ibnu Shalih rahimahullah berkata,

“Wajib baginya untuk berpuasa sekarang dan tidak ada kewajiban lain atasnya kecuali berpuasa”.7

Oleh karena itu, hendaknya kita selalu menyegerakan membayar hutang puasa Ramadhan, terlebih ketika tidak ada uzur yang menghalangi. Karena seringnya kita lupa membayar hutang puasa Ramadhan ketika sudah tertunda terlalu lama. Begitu juga sebagai seorang muslim untuk selalu semangat menuntut dan memperdalam ilmu agama Islam yang itu sangat bermanfaat bagi kemaslahatan dirinya dan orang-orang sekitarnya.

REI/IWU

Penulis: Reihan Audie

Referensi:

  1. Al-Hawi al-Kabir, karya Imam al-Mawardi asy-Syafi’i rahimahullah
  2. Fathul Bari, karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah
  3. Majmu’ Syarh al-Muhadzab, karya Imam Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah
  4. Tahdzib fil Fiqhi al-Imam asy-Syafi’i, karya Imam al-Baghawi asy-Syafi’i rahimahullah

1 Lihat al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab (6/366)

أَنَّهُ يَلْزَمُهُ صَوْمُ رَمَضَانَ الْحَاضِرِ ثُمَّ يَقْضِي الْأَوَّلَوَقَالَ الْحَسَنُ الْبَصْرِيُّ وَإِبْرَاهِيمُ النَّخَعِيُّ وَأَبُو حَنِيفَةَ وَالْمُزَنِيُّ وَدَاوُد يَقْضِيهِ وَلَا فِدْيَةَ عَلَيْهِ

2 Lihat Fathul Bari (4/190)

وَقَالَ إِبْرَاهِيمُ أَيِ النَّخَعِيُّ إِذَا فَرَّطَ حَتَّى جَاءَ رَمَضَانُ آخَرُ يَصُومُهُمَا وَلَمْ يَرَ عَلَيْهِ إِطْعَامًا

3 Lihat al-Hawi al-Kabir (3/451-452)

فَإِنْ دَخَلَ عَلَيْهِ شَهْرُ رَمَضَانَ ثَانٍ صَامَهُ عَنِ الْفَرْضِ، لَا عَنِ الْقَضَاءِ فَإِذَا أَكْمَلَ صَوْمَهُ قَضَى مَا عَلَيْهِ وَبِهِ قَالَ مَالِكٌ وَأَحْمَدُ وَإِسْحَاقُ وَالْأَوْزَاعِيُّ وَالثَّوْرِيُّ وَقَالَ أبو حنيفة: لَا كَفَّارَةَ عَلَيْهِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى: {فَعِدَّةٌ مِنْ أيّامٍ أُخَر) {البقرة: 185)

4 Lihat Majmu’ Syarh al-Muhadzab (6/366)

أَمَّا إذَا دَامَ سَفَرُهُ وَمَرَضُهُ وَنَحْوُهُمَا مِنْ الْأَعْذَارِ حَتَّى دَخَلَ رَمَضَانُ الثَّانِي فَمَذْهَبُنَا أَنَّهُ يَصُومُ رَمَضَانَ الْحَاضِرَ ثُمَّ يَقْضِي الْأَوَّلَ وَلَا فِدْيَةَ عَلَيْهِ لِأَنَّهُ مَعْذُورٌ

5 Lihat Tahdzib fil Fiqhi al-Imam asy-Syafi’i (3/180)

فإذا أخر القضاء؛ حتى دخل رمضان الثاني؛ نر: إن لم ينقطع عذره إن دام مرضه، أو سفره، حتى مات فلا شيء عليه

6 Lihat al-Hawi al-Kabir (3/451-452)

فَإِنْ كَانَ أَخَّرَ الْقَضَاءَ لِعُذْرٍ دَامَ بِهِ مِنْ مَرَضٍ، أَوْ سَفَرٍ فَلَا كَفَّارَةَ عَلَيْهِ

7 Lihat Liqa’ul Babul Maftuh (13/149)

يجب عليها أن تصوم الآن وليس عليها سوى الصيام