oleh

Hukum dan Tata Cara Rukuk Sesuai Sunnah Nabi

-Fiqih-1,041 views

Gerakan rukuk dalam shalat merupakan salah satu rukun shalat, sedangkan bacaan zikir ketika rukuk hukumnya adalah wajib. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya kedudukan rukuk di dalam shalat.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada orang yang jelek shalatnya untuk mengulang shalatnya, karena dia belum sempurna dalam melakukan rukun-rukun shalat, di antaranya adalah rukuk.

Bagaimana tata cara rukuk yang benar? Mari kita simak penjelasan tata cara rukuk yang benar berikut ini berlandaskan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Asal Kata Rukuk

Imam an-Nawawi menjelaskan tentang kata rukuk,

“Asal kata rukuk secara bahasa adalah tunduk dan merendah. Dinamakan rukuk secara syar’i karena padanya terdapat sifat merendah, tunduk, dan berserah diri.”1


Baca juga : Kumpulan Doa Rukuk Beserta Artinya


Hukum Rukuk

Imam an-Nawawi menyatakan bahwa ulama sepakat tentang wajibnya rukuk di dalam shalat.2 Hal ini berdasarkan dengan dalil firman Allah Ta’ala,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, rukuk dan sujudlah kalian, sembah Rabb kalian, dan berbuatlah kebajikan, supaya kalian mendapat kemenangan.” (al-Hajj: 77)

Juga berdasarkan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits tentang orang yang jelek shalatnya,

وَصَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي

“Shalatlah sebagaimana kalian melihatku mengerjakan shalat!”3

Adapun al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berpendapat bahwasannya rukuk merupakan rukun shalat. Beliau berdalil dengan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا

“Kemudian turun (rukuk)lah sampai engkau tenang dalam rukukmu!”4

Beliau berdalil dengan hadits di atas bahwa thuma’ninah (tenang) hukumnya wajib pada setiap rukun–rukun shalat (yaitu termasuk gerakan rukuk).5

Tata Cara Rukuk

Berikut ini tata cara rukuk berdasarkan hadits–hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

  1. Bertakbir ketika turun rukuk.6
  2. Meletakkan kedua tangan dan merenggangkan jarinya di lutut.7
  3. Tidak mengangkat atau menundukkan kepala.8
  4. Menyejajarkan punggung dan tidak mengangkat kepala.9
  5. Membaca tasbih (zikir) rukuk10, yaitu:

    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

  6. Mengulang–ulang bacaan tasbih ketika rukuk.11
  7. Memperbagus dan menyempurnakan gerakan rukuk, dibarengi dengan khusyu’.12
  8. Thuma’ninah (tenang) ketika rukuk.13
  9. Tidak membaca surat dari al-Qur’an pada saat rukuk.14

Baca juga : Adab Imam dan Makmum Selesai Shalat Berjama’ah


Semoga kita bisa beramal dengan tata cara rukuk yang benar sesuai hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dengan harapan kualitas ibadah shalat kita semakin meningkat dan semakin mencocoki sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam. Dengan itu besar harapan shalat kita dapat diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

REI/MPS/THR

Penulis: Reihan Audie Sutopo

Referensi:

  1. al-Minhaj Syarh Shahih Muslim karya Imam an-Nawawi
  2. Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari karya Imam Ibnu Hajar
  3. Majmu’ Syarh al-Muhadzab karya Imam an-Nawawi

Footnotes

  1. Syarh Shahih Muslim (5/17)

    وَأَصْلُ الرُّكُوعِ فِي اللُّغَةِ الْخُضُوعُ وَالذِّلَّةُ وَسُمِّيَ الرُّكُوعُ الشَّرْعِيُّ رُكُوعًا لِمَا فِيهِ مِنْ صُورَةِ الذِّلَّةِ وَالْخُضُوعِ وَالِاسْتِسْلَامِ

  2. Majmu’ Syarh al-Muhadzab (3/396).

    وَأَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى وُجُوبِ الرُّكُوعِ وَدَلِيلُهُ مَعَ الْآيَةِ الْكَرِيمَةِ والاجماع حديث “المسئ صَلَاتَهُ” مَعَ قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ “صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي”

  3. HR. al-Bukhari no. 631, di dalam shahihnya, dari sahabat Malik bin al-Huwairits radhiyallahu ‘anhu.
  4. HR. al-Bukhari no. 757 dan Muslim (397) – 45, di dalam shahih keduanya, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  5. Fathul Bari (2/279).

    وَاسْتُدِلَّ بِهَذَا الْحَدِيثِ عَلَى وُجُوبِ الطُّمَأْنِينَةِ فِي أَرْكَانِ الصَّلَاةِ

  6. HR. al-Bukhari no. 803 dan Muslim (392) – 28, di dalam shahih keduanya, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

    ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ

  7. HR. Abu Dawud no. 731, shahih, lihat Shahih Sunan Abi Dawud no. 721 (3/321), dari sahabat Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu.

    فَإِذَا رَكَعَ أَمْكَنَ كَفَّيْهِ مِنْ رُكْبَتَيْهِ وَفَرَّجَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ

  8. HR. Muslim no. (498) – 240, di dalam shahihnya, dari sahabat ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu.

    وَكَانَ إِذَا رَكَعَ لَمْ يُشَخِّصْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُصَوِّبْهُ وَلَكِنْ بَيْنَ ذَلِكَ

  9. HR. Abu Dawud no. 731, shahih, lihat Shahih Sunan Abi Dawud no. 721 (3/321), dari sahabat Abu Humaid as-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu.

    ثُمَّ هَصَرَ ظَهْرَهُ غَيْرَ مُقْنِعٍ رَأْسَهُ

  10. HR. Muslim no. (772) – 203, di dalam shahihnya, dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman radhiyallahu ‘anhu.

    ثُمَّ رَكَعَ، فَجَعَلَ يَقُولُ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

  11. HR. Muslim no. (479) – 207, di dalam shahihnya, dari sahabat, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma.

    فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ

  12. HR. al-Bukhari no. 742 dan Muslim no. (425) – 110, di dalam shahih keduanya, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

    أَقِيمُوا الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ فَوَ اللَّهِ إِنِّي لَأَرَاكُمْ مِنْ بَعْدِي – وَرُبَّمَا قَالَ: مِنْ بَعْدِ ظَهْرِي – إِذَا رَكَعْتُمْ وَسَجَدْتُمْ

  13. HR. al-Bukhari no. 757 dan Muslim (397) – 45, di dalam shahih keduanya, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

    ثُمَّ ارْكَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ رَاكِعًا

  14. HR. Muslim no. (480) – 209), di dalam shahihnya, dari sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.

    نَهَانِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ أَقْرَأَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا