oleh

Hari Perhitungan Amal Berdasarkan Dalil yang Shahih

Dunia adalah negeri tempat beramal. Kesempatan demi mempersiapkan bekal menuju akhirat, negeri yang kekal. Sementara, dunia tak abadi, namun memiliki batas akhir, berakhirnya dunia merupakan tanda berakhirnya kesempatan untuk beramal. Lalu umat manusia tak terkecuali pasti akan kembali kepada Allah sebagaimana telah dijanjikan dalam al-Quran kalam ilahi.

Berbagai peristiwa besar akan terjadi di hari itu. Di antaranya adalah proses penghisaban. Amalan sekecil apapun akan ditampakkan dengan nyata di hadapan kita. Baik amalan kebajikan setiap hamba maupun kejelekan, semuanya terlihat dan akan dibalas dengan seadil-adilnya. Maka sudah sepatutnya bagi kita semua untuk selalu berhati-hati dan introspeksi setiap amalan yang telah dan yang akan kita lakukan. Semoga Allah membantu penulis dan para pembaca serta kaum muslimin untuk membenahi amalan-amalan kita.

Pengertian Hari Perhitungan Amal (Yaumul Hisab)

Hisab ditinjau dari sisi bahasa arab berarti bilangan. 1 Sedangkan dalam tinjauan istilah syariat sebagaimana yang diterangkan oleh imam al-Qurthubi rahimahullah, bahwa yaumul hisab adalah hari di mana Allah Ta’ala menghitung amalan makhluk-Nya, baik itu amal kebajikan maupun amal keburukan. Allah Ta’ala juga menghitung nikmat-nikmat-Nya yang dianugrahkan kepada makhluk-Nya. Lalu Allah membandingkan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk tersebut (agar dapat diketahui manakah di antara keduanya yang lebih berat).2

Dalil Al-Qur’an, Hadits, dan Ijma’ Ulama Tentang Hisab

Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ إِلَيْنَا إِيَابَهُمْ ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا حِسَابَهُمْ

“Sesungguhnya kepada Kami-lah mereka kembali. Kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.” (al-Ghasyiah: 25-26)

Ibnu Katsir menerangkan: “Kami-lah (yaitu Allah) yang akan menghisab amalan-amalan mereka dan Kami pula lah yang akan memberikan balasan atasnya. Apabila amalan yang ia kerjakan adalah amalan yang baik niscaya balasannya kebaikan pula. Bila amalan tersebut adalah amalan yang buruk niscaya keburukan pula balasan yang akan ia dapatkan.”3

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang dihisab maka dia pasti akan diadzab.” Aisyah radhiyallahu ‘anha pun bertanya: Bukankah Allah berkata:

فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرً

“Maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.” (al-Insyiqaq:8)

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Yang dimaksud dengan ayat tersebut adalah hisab yang mudah. Akan tetapi yang aku maksud, barangsiapa yang dicari-cari dosa dan kesalahannya maka ia akan binasa.”4

Kaum muslimin sepakat dalam meyakini adanya hari perhitungan amal di akhirat kelak.5

Umat Yang Akan Dihisab Pertama Kali

Umat yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah umat Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam. Mendahului umat-umat para nabi dan rasul sebelum Beliau. Mendahului umat nabi Nuh, Musa, Isa, dan nabi-nabi lainnya. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

نَحْنُ الْآخِرُونَ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا، وَالْأَوَّلُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، الْمَقْضِيُّ لَهُمْ قَبْلَ الْخَلَائِقِ

Kami adalah umat belakangan dari penduduk dunia, namun umat terdepan pada hari kiamat. Yang akan dihisab sebelum makhluk lainnya dihisab.”6

نَحْنُ آخِرُ الأُمَمِ وَأَوَّلُ مَنْ يُحَاسَبُ

Kami adalah umat yang terakhir namun pertama kali yang akan dihisab.”7

Tentu ini sebuah keutamaan yang Allah berikan kepada umat ini. Oleh karena itu wajib bagi kita sebagai umat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bersyukur kepada Allah dan mempersiapkan diri menghadapi hari penghisaban itu.

Jenis Amalan yang Akan Dihisab Pertama Kali

Apabila terkait dengan hak-hak Allah, maka amalan pertama kali yang akan dihisab adalah ibadah shalat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ، فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ

Amalan seorang hamba yang akan dihisab pertama kali pada hari kiamat adalah ibadah shalat. Apabila shalatnya benar maka ia akan berhasil dan selamat. Namun apabila shalatnya buruk maka ia akan rugi dan celaka.”8

Namun, apabila amalan tersebut terkait dengan muamalah (hubungan interaksi) terhadap sesama manusia, maka yang akan dihisab pertama kali adalah kasus pembunuhan. Sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, Beliau berkata,

أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ بِالدِّمَاءِ

Awal kali yang akan diputuskan perkaranya antara manusia adalah kasus pembunuhan.”9

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany berkata:

“Tidak ada pertentangan antara hadits ini dengan hadits Abu Hurairah yang disandarkan kepada Nabi.”

Kemudian beliau melanjutkan: “Karena hadits yang pertama yaitu hadits “Awal kali yang akan diputuskan di antara manusia adalah kasus pembunuhan.” berkaitan dengan muamalah terhadap sesama manusia. Adapun hadits yang kedua yaitu hadits “Amalan seorang hamba yang akan dihisab pertama kali pada hari kiamat adalah ibadah shalat.” Berkaitan dengan ibadah kepada Allah.”10

4 Golongan Manusia Pada Hari Perhitungan Amal

Ada 4 jenis manusia pada hari perhitungan amal:

  1. Golongan manusia yang tidak akan dihisab dan tidak pula diadzab. Mereka berjumlah 70 ribu orang.11 Dalam hadits lain, disebutkan bahwa untuk setiap 1 orang ditambah 70 ribu.12 Di antaranya adalah sahabat Nabi, Ukkasyah bin Mihshan radhiyallahu’anhu. Sebagaimana yang terdapat di dalam sebuah hadits yang shahih. Semoga Allah menggolongkan kita termasuk orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan adzab.
  2. Hisabun Yasir yaitu orang-orang yang amalannya hanya sekadar ditampakkan, tidak dihisab dengan telilti. Mereka adalah orang yang beriman namun memiliki berbagai dosa. Sehingga mereka hanya diminta untuk mengakui dosa-dosanya, lalu Allah mengampuninya dan menyediakan baginya kehidupan yang bahagia.
  3. Golongan dari orang beriman, dihisab dengan detail dan teliti sembari dilontarkan pertanyaan kepadanya: Kenapa engkau melakukan dosa itu? Kenapa kamu mengerjakan dosa ini? Bukankah kamu mampu untuk tidak mengerjakannya? Ini adalah tanda kebinasaan baginya. Dia adalah orang yang pantas untuk mendapatkan adzab.13
  4. Golongan manusia yang masuk neraka tanpa melalui perhitungan amal seperti Fir’aun. Allah akan tampakkan amalan-amalan buruk dan kekufuran yang dikerjakan oleh orang-orang kafir kemudian mereka beralasan dengan amalan kebaikan yang mereka kerjakan di dunia. Allah mengatakan: “Kami telah memberi balasannya ketika di dunia.”14

Bentuk Hisab Kaum Mukminin

Bentuk dan proses hisab yang akan dilalui oleh kaum mukminin pada hari kiamat telah dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh Allah akan mendekat kepada seorang mukmin. Kemudian Allah membuat penghalang dan menuntupinya (dari pandangan orang lain). Allah berkata: “Apakah kau tahu dosa itu? Apakah kamu tahu kesalahan tersebut? Mukmin tersebut menjawab: Iya wahai Rabbku. Dia pun mengakui dosa-dosanya dan menanyangka bahwa ia akan binasa. Allah pun berkata kepadanya: Aku telah tutupi dosamu ketika di dunia dan di hari ini, aku ampuni dosa tersebut. Maka ia diberi kitab yang berisi catatan kebaikannya. Adapun orang kafir dan munafik maka para saksi (dari kalangan para nabi dan rasul akan) berucap:

هَؤُلاَءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ

“Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Tuhan mereka.” Ingatlah, kutukan Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang lalim.”15

Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga Allah menggolongkan kita termasuk ke dalam hamba-hamba-Nya yang dihisab dengan hisab yang mudah. Aamiin.

MPS/IWU

Penulis: Muammar Purwandi

Referensi:

  1. .At-Tadzkirah bi Ahwalil Mauta wal Umuril Akhirah, karya al-Qurthubi rahimahullah
  2. Tafsir Ibnu Katsir, karya Ibnu Katsir rahimahullah
  3. Tabshir Dzawi ar-Rasyad karya Syaikh Ubaid al-Jabiri hafidzhahullah
  4. Syarah Lum’atul I’tiqod, Karya Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah

Footnotes

  1. الحساب لغة: العدد، وشرعًا إطلاع الله عباده على أعمالهم.
    [
    ابن عثيمين، تعليق مختصر على لمعة الاعتقاد للعثيمين، صفحة ١١٧]

  2. At-Tadzkirah bi ahwalil mauta wal umuril akhirah hlm. 562)
  3. Tafsir Ibnu Katsir (3/389)

    نَحْنُ نُحَاسِبُهُمْ عَلَى أَعْمَالِهِمْ وَنُجَازِيهِمْ بِهَا، إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ، وَإِنْ شَرًا فَشَرٌّ

     

  4. HR. al-Bukhari no.103 di dalam shahihnya, dari ibunda Aisyah radhiyallahu’anha

    أَنَّ عَائِشَةَ، زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كَانَتْ لاَ تَسْمَعُ شَيْئًا لاَ تَعْرِفُهُ، إِلَّا رَاجَعَتْ فِيهِ حَتَّى تَعْرِفَهُ، وَأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ» قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا} [الانشقاق: 8] قَالَتْ: فَقَالَ: ” إِنَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ، وَلَكِنْ: مَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكْ

     

  5. Syarah Lum’atul I’tiqod (hlm.117)

    وأجمع المسلمون على ثبوت الحساب يوم القيامة

     

  6. HR. Muslim no. 586, di dalam sahihnya. Dari sahabat Hudzaifah bin al-Yaman.
  7. HR. Ahmad no.2546 dan 2692, dan Ibnu Majah no.4290 dari sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, shahih. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah (5/488)
  8. HR. At-Tirmidzi no. 413 di dalam sunannya dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, shahih. Lihat as-Silsilah ash-Shahihah (1/419)
  9. HR. Al-Bukhari no. 6533 dan Muslim no. 1678 di dalam shahihnya dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu
  10. Fathul Bari (11/369)

    وَلَا يُعَارِضُ هَذَا حَدِيثَ أَبِي هُرَيْرَةَ رَفَعَهُ إِنَّ أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صَلَاتُهُ الْحَدِيثُ أَخْرَجَهُ أَصْحَابُ السُّنَنِ لِأَنَّ الْأَوَّلَ مَحْمُولٌ عَلَى مَا يَتَعَلَّقُ بِمُعَامَلَاتِ الْخَلْقِ وَالثَّانِي فِيمَا يَتَعَلَّقُ بِعِبَادَةِ الْخَالِقِ

     

  11. HR. Muslim di dalam sahihnya, no. 220. Dari sahabat Ibnu Abbas.
  12. HR. Ahmad (1/6) disahihkan oleh syaikh Albani dalam silsilah al-Ahadits as-Shahihah (473/3)
  13. HR. al-Bukhari no.103 di dalam shahihnya, dari ibunda Aisyah radhiyallahu’anhu

    مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ: فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: {فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا} [الانشقاق: 8] قَالَتْ: فَقَالَ: ” إِنَّمَا ذَلِكِ العَرْضُ، وَلَكِنْ: مَنْ نُوقِشَ الحِسَابَ يَهْلِكْ

     

  14. HR. Muslim no.56/2808 di dalam shahihnya, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu

    إِنَّ اللهَ لَا يَظْلِمُ مُؤْمِنًا حَسَنَةً، يُعْطَى بِهَا فِي الدُّنْيَا وَيُجْزَى بِهَا فِي الْآخِرَةِ، وَأَمَّا الْكَافِرُ فَيُطْعَمُ بِحَسَنَاتِ مَا عَمِلَ بِهَا لِلَّهِ فِي الدُّنْيَا، حَتَّى إِذَا أَفْضَى إِلَى الْآخِرَةِ، لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَةٌ يُجْزَى بِهَا

  15. HR. al-Bukhari no.2441 di dalam shahihnya dari sahabat Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma

    إِنَّ اللَّهَ يُدْنِي المُؤْمِنَ، فَيَضَعُ عَلَيْهِ كَنَفَهُ وَيَسْتُرُهُ، فَيَقُولُ: أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا، أَتَعْرِفُ ذَنْبَ كَذَا؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ أَيْ رَبِّ، حَتَّى إِذَا قَرَّرَهُ بِذُنُوبِهِ، وَرَأَى فِي نَفْسِهِ أَنَّهُ هَلَكَ، قَالَ: سَتَرْتُهَا عَلَيْكَ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَا أَغْفِرُهَا لَكَ اليَوْمَ، فَيُعْطَى كِتَابَ حَسَنَاتِهِ، وَأَمَّا الكَافِرُ وَالمُنَافِقُونَ، فَيَقُولُ الأَشْهَادُ: {هَؤُلاَءِ الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى رَبِّهِمْ أَلاَ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الظَّالِمِينَ} [هود: 18]