oleh

Empat Tingkatan Takdir yang Wajib Diimani

Di antara pokok aqidah ahlussunah wal jamaah yang wajib untuk diyakini adalah beriman kepada takdir. Mengimani takdir dengan benar mewajibkan kita mengimani empat tingkatan yang terkandung di dalamnya.

Tingkatan Pertama: Ilmu (al-Ilmu)

Mengimani bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha mengetahui (mengilmui) segala sesuatu yang sedang terjadi, yang telah terjadi dan yang akan terjadi secara umum maupun rinci (detail).

Allah Ta’ala berfirman:

أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا فِيْ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِيْ كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيْرٌ

“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah..” (al-Hajj: 70)

Tingkatan Kedua: Catatan (al-Kitabah)

Mengimani bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini baik yang sedang terjadi, yang telah terjadi dan yang akan terjadi telah tercatat lengkap, akurat dan tidak meleset sedikit pun di dalam lauh mahfudzh.

Allah Ta’ala berfirman:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِيْ الأَرْضِ وَلاَ فِيْ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِيْ كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيْرٌ

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (al-Hadid: 22)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

كَتَبَ اللهُ مَقَادِيْرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ

“Allah (Ta’ala) telah mencatat seluruh takdir semua makhluk-Nya 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi.” 1

Tingkatan Ketiga : Kehendak (al-Masyiah)

Sesungguhnya tidaklah ada sesuatu pun di langit dan bumi melainkan terjadi dengan keinginan Allah yang di dasari keagungan dan kemuliaan sifat-Nya yang maha mulia yaitu sifat ar-rahmah dan al-hikmah. Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki sebagai bentuk rahmat Allah kepadanya dan menyesatkan siapa saja yang Ia kehendaki dengan hikmah dan keadilan-Nya.2

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (dengan takdirnya).”

Allah Ta’ala juga berfirman di dalam ayat-Nya yang lain:

فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا

“Barang siapa yang Allah berkehendak untuk memberi hidayah kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang Allah ingin menyesatkannya niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit.” (al-An’am: 125)

Tingkatan Keempat: Penciptaan (al-Khalqu)

Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi adalah makhluk Allah, tidak ada pencipta selain-Nya.

Allah Ta’ala berfirman:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلٌ

“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.” (az-Zumar: 62)

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيْرًا

“Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (al-Furqan: 2)

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ

“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (ash-Shaffat: 96)

Manfaat beriman kepada takdir

Seorang mukmin yang memahami dan mengerti empat tingkatan takdir yang telah disebutkan, ia akan memperoleh manfaat yang besar di dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِيْ الأرْضِ وَلَا فِيْ أَنْفُسِكُمْ إِلَّا فِيْ كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيْرٌ (22)

لِكَيْلا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوْا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ (23)

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh mahfudzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (al-Hadid: 22-23)

Penutup

Demikian penjelasan empat tingkatan takdir yang harus diimani seorang mukmin. Imam ash-Shabuni asy-Syafii pernah mengatakan: “Ahli sunah waljamaah meyakini bahwa kebaikan, kejelekan, manfaat, mudharat, manis dan pahitnya sesuatu terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah Ta’ala. Tidak ada tempat lari, menjauh dan menghindar dari keduanya (ketetapan dan takdir). Tidaklah sesuatu yang didapatkan oleh seorang hamba melainkan hal itu sudah ditakdirkan untuknya.

Seandainya pun seluruh makhluk berusaha untuk memberikan manfaat kepada seseorang yang tidak dicatat untuknya, maka hal itu tidaklah ditakdirkan untuknya. Begitu pula sebaliknya, seandainya seluruh makhluk berupaya untuk mencelakakan seseorang yang tidak ditetapkan untuknya, maka hal itu tidaklah pula ditakdirkan untuknya.” 3. BFR-IWU

Penulis: Bustanul Fikri Ramadhan


Footnotes

  1. HR. Muslim di dalam Shahihnya no. 2653 dari sahabat Abdullah bin Amr bin al-Ash radhiyallahu’anhuma
  2. Lihat Syarah Lum’atul Itiqad al-Hadi ila Sabil ar-Rasyad karya Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, hal. 109
  3. Lihat Syarah Aqidatus Salaf Ashabul Hadits karya Syekh Dr. Rabi’ bin Hadi al Madkhali hal. 316