oleh

Cara Menggapai Kebahagiaan Hakiki

Pembaca yang kami hormati. Kebahagiaan hakiki merupakan dambaan setiap manusia. Bahkan sekalipun orang kafir yang tidak beriman kepada Allah pasti ingin mendapatkan kebahagiaan hakiki.

Namun upaya untuk menggapai kebahagiaan itu berbeda-beda setiap manusia. Ada di antara mereka yang menganggap bahwa kebahagian hakiki diraih dengan memperbanyak harta. Ia kerahkan seluruh upaya dan tenaga demi mendapatkan harta, atau ia tempuh kebahagiaan tersebut dengan memperoleh tahta jabatan dan kerajaan.

Apa itu Kebahagiaan Hakiki?

Kebahagiaan hakiki sebagaimana dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir:

الحياة الطيبة تشمل وجوه الراحة من أي جهة كانت

“Kehidupan yang sentosa terkandung padanya ketenangan dari segala sisi”1

Ketika seorang merasa tenang hatinya, maka ia telah mendapatkan kebahagiaan hakiki. Inilah yang dicari dan didamba setiap insan. Segala bentuk harta, tahta, popularitas, perkawanan, anak dan lain sebagainya, semuanya dikejar dalam rangka meraih ketenangan batin.

Apakah Harta dan Kekuasaan Adalah Kebahagiaan yang Hakiki?

Bagi yang menganggap bahwa kebahagiaan dapat diperoleh dengan harta, maka silahkan memperhatikan akhir perjalanan hidup Karun yang telah Allah Ta’ala abadikan dalam al-Quran,

فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ

Maka Kami benamkan Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”(al-Qashash: 81)

Lihatlah wahai saudaraku akhir perjalanan yang mengenaskan. Allah tenggelamkan Karun ke dalam bumi padahal ia termasuk orang yang paling banyak hartanya di muka bumi. Ini merupakan bukti nyata bahwa harta tidak bisa mengantarkan kepada kebahagiaan yang hakiki.

Bagi yang menganggap bahwa kerajaan adalah kebahagiaan yang hakiki maka perhatikanlah akhir perjalanan Fir’aun yang Allah tenggelamkan ke lautan. Hal ini sebagaimana yang Allah Ta’ala katakan,

فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ

Kemudian Kami menghukum mereka (Fir’aun dan pengikutnya), maka Kami tenggelamkan mereka di laut disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami itu.” (al-A’raf: 136)

Perhatikanlah ayat ini wahai saudaraku, akhir perjalanan yang menyedihkan. Allah tenggelamkan Fir’aun ke lautan, padahal ia termasuk orang yang paling besar kerajaan dan kekuasaanya ketika itu.

Bagaimana cara mendapatkan kebahagiaan hakiki?

Kebahagiaan hakiki diperoleh dengan melakukan amalan kebaikan yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala,

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً

“Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(an Nahl: 97)

Demikianlah cara memperoleh kebahagiaan hakiki. Yaitu dengan beriman, bertakwa dan mengerjakan amalan saleh. Kebahagiaan hakiki tidak bisa diraih dengan harta, kekuasaan dan jabatan semata.

Sebagaimana kisah Karun dan Fir’aun di atas. Keduanya telah memperoleh puncak harta dan tahta. Tapi sayang terluput dari iman kepada Allah dan amalan saleh. Tak ayal kebahagiaan yang didambakan justru berbalik kesengsaraan.

Oleh karena itu marilah bersungguh sungguh dalam meraih kebahagiaan hakiki dengan menempuh sebab yang semestinya. Semoga Allah mudahkan urusan kita.amiin. ANW-IMN


1 Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal: 908.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *