oleh

Beginilah Sikap Para Salaf Saat Berpisah dengan Bulan Ramadhan

Berpisah dengan bulan Ramadhan adalah keniscayaan. Bulan yang penuh berkah dan ampunan itu telah pergi. Meski kita masih sangat berharap untuk berjumpa kembali di tahun mendatang.

Selama Ramadhan, beragam aktivitas ibadah telah kita jalankan. Tentu, kita semua sangat berharap mendapat janji ampunan dari Allah Ta’ala. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa berpuasa bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala, niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaih)

Para Salaf Sangat Khawatir Amalan Mereka Tidak Diterima

Berbicara amalan di bulan Ramadhan, amalan kita jelas tidak ada bandingannya dengan para salaf. Mereka adalah orang-orang yang paling bersemangat meraih kebaikan.

Meski demikian, mereka tidak jemawa alias sombong atas pencapaian mereka tersebut. Sebaliknya, mereka justru sangat khawatir dan takut, alih-alih amalan mereka tidak diterima di sisi Allah Ta’ala. Berikut beberapa persaksian mereka:

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu menyatakan, “Jadikanlah prioritas utama kalian adalah diterimanya amalan, bukan hanya sekadar beramal. Apakah kalian tidak mendengar perkataan Allah Ta’ala,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.”1

Fadhalah menyatakan, “Kalau aku tahu bahwa Allah menerima amalanku, hal itu lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya. Sebab, Allah Ta’ala berkata: Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa.”2

Malik bin Dinar berkata, “Rasa khawatir bahwa amalan tidak diterima, itu jauh lebih penting dibandingkan sekadar beramal.”3

Atha’ as-Sulami menyatakan, “Hati-hati, jagalah amalan saleh, jangan sampai ditujukan untuk selain Allah.”4

Abdul Aziz bin Rawad mengisahkan tentang para salaf, “Aku dapati mereka berjuang keras mengerjakan amal saleh. Kemudian setelah mereka mengerjakannya, muncul perasaan, apakah amalan mereka diterima?”5

Dahulu para salaf berdoa selama enam bulan lamanya setelah Ramadhan, agar amal saleh mereka diterima.

Kesedihan Para Salaf Berpisah dengan Bulan Ramadhan

Kesedihan mereka tidak sekadar karena berpisah dengan bulan Ramadhan semata. Akan tetapi yang lebih membuat mereka bersedih adalah rasa khawatir amal ibadah mereka tidak diterima di sisi Allah Ta’ala.

Diceritakan, sebagian salaf bersedih hati di hari ied. Ada yang berkata kepadanya, “Ini adalah hari gembira dan senang-senang.” Ia menjawab, “Kamu benar. Tetapi aku hanyalah seorang hamba yang diperintah oleh Sang Maula untuk mengerjakan amalan, sementara aku tidak tahu apakah amalanku tersebut diterima ataukah tidak?”6

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, bahwasannya beliau mengumumkan di akhir-akhir malam Ramadhan, “Duhai sekiranya ada orang yang diterima amalannya, sehingga aku ucapkan selamat kepadanya. Sebaliknya, sekiranya ada orang yang ditolak amalannya, maka aku sampaikan bela sungkawa kepadanya. Kamu yang diterima amalnya, betapa senangnya dirimu! Kamu yang ditolak amalnya, semoga Allah menutupi musibahmu.”7

Demikian sekelumit kisah para salaf ketika berpisah dengan bulan Ramadhan. Semoga Allah Ta’ala menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Amin. FAI-THR


1 رُوي عن عليٍّ رضي الله عنه: «كُونُوا لقبول العمل أشدَّ اهتمامًا منكم بالعمل، ألم تسمعُوا الله يقول:  إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ ».

2 وعن فضالةَ: لأن أعلم أن الله تقبّل مني مثقال حبةِ خردلٍ، أحبُّ إليَّ من الدنيا وما فيها، لأن الله تعالى يقول :

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

3 وقال مالك بنُ دينار: الخوفُ على العمل أن لا يُقبل أشدُّ من العمل.

4 وقال عطاءٌ السلميُّ: الحذر الاتقاء على العمل الصالح أن لا يكون لله.

5 وقال عبدالعزيز بن أبي رَوَّاد: أدركتُهم يجتهدُون في العمل الصالح، فإذا فعلوه وقع عليهم الهمُّ: أتُقُبِّلَ منهم أم لا؟

6 وكان بعض السلف يظهرُ عليه الحزنُ يوم عيد الفطر، فيقال له: إنه يومُ فرح وسرور فيقول: صدقتم. ولكني عبدٌ أمرني مولاي أن أعمل له عملاً، فلا أدري أيقبله مني أم لا؟

7 روي عن علي رضي الله عنه : أنه كان ينادي في آخر ليلةٍ من رمضان: يا ليت شعري من هذا المقبولُ فنهنيه، ومن هذا المحرومُ فنعزِّيه؟ أيُّها المقبولُ: هنيئًا لك، أيُّهَا المردودُ: جبر اللهُ مصيبتك.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *