oleh

Bagaimana Seorang Muslim Menyikapi Kesedihan?

Saudara pembaca islamhariini yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala…

Sudah menjadi ketetapan Allah Ta’ala bahwa keadaan manusia tidak keluar dari dua hal, antara kebahagiaan dan kesedihan. Sebagaimana seseorang pernah mendapatkan hal-hal yang ia senangi dan membuat ia bahagia, maka iapun akan menjumpai hal-hal yang menyayat hati dan membuat ia bersedih.

Pada artikel kali ini kita akan membahas bagaimana sikap seorang muslim tatkala mendapati hal-hal yang tidak disukai. Apakah diperbolehkan bersedih? Silahkan simak pembahasan yang kami paparkan berikut ini.

Kesedihan Seluruhnya Bersifat Negatif

Kata “الحزن” (kesedihan) di dalam Al Qur’an disebutkan dengan dua konteks yang seluruhnya bersifat negatif. Salah satunya adalah konteks peniadaan dan yang lainnya adalah pelarangan, sebagaimana perkataan Allah ‘Azza wa Jalla:

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati.”(Ali Imron: 139)

Di dalam ayat lainnya Allah juga berkata :

وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ

“Janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka.” (An Nahl: 137)

Allah juga meniadakan kesedihan tersebut dari orang-orang yang beriman sebagaimana di dalam ayatNya:

فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Baqaroh: 38)

Bahkan di antara perkara-perkara kejelekan yang Rasulullah berlindung darinya adalah kesedihan. Beliau sering berdo’a:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ

“Yaa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari kecemasan dan kesedihan.” )HR. Al Bukhari no. 2893)

Islam sebagai agama yang penuh rahmat melarang pemeluknya dari hal-hal yang dapat membuat sedih orang lain. Oleh karenanya Islam melarang seseorang berbisik-bisik dengan temannya tanpa meminta keridaan yang lainnya, karena hal tersebut dapat membuat orang lain sedih. Rasulullah shallahu alaihi wa sallam bersabda :

إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى اثْنَانِ دُونَ الْآخَرِ، حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ مِنْ أَجْلِ أَنْ يُحْزِنَهُ

“Jika kalian berjumlah tiga orang, jangan salah seorang berbisik dengan temannya tanpa yang lainnya, hingga kalian berbaur dengan manusia karena hal tersebut dapat membuatnya bersedih.” (HR. Muslim no. 2184)

Adapun apabila seseorang bersedih lantaran terhalangi atau terluput dari suatu kebaikan, maka bukan kesedihannya yang terpuji. Namun dorongan yang membuat mereka bersedih itulah yang Allah Ta’ala puji berupa keimanan dan kesungguhannya untuk meraih kebaikan. Sebagaimana di dalam ayatNya Allah berfirman :

وَلَا عَلَى الَّذِينَ إِذَا مَا أَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لَا أَجِدُ مَا أَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوْا وَأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَنْ لَا يَجِدُوا مَا يُنْفِقُونَ

“Dan tiada (pula) berdosa atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata: “Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu.” lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan1.”(at Taubah : 92).2

Kesedihan Merupakan Musibah

Saudara pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala…

Kesedihan bukanlah hal yang diminta, tidak pula sebagai tujuan hidup. Kesedihan tidaklah mengandung faedah sedikitpun. Ia tidak memiliki efek positif sedikitpun bagi hati. Bahkan kesedihan adalah perkara yang paling disenangi oleh syaithan untuk menghambat perjalanan seorang hamba kepada Allah.

Kesedihan juga melemahkan hati dan tekad. Orang yang terus-menerus dalam kesedihan akan terputus perjalanannya menuju Allah Ta’ala. Hal itu disebabkan karena ia selalu terjebak dalam bayang-bayang masa lalu dan kecemasan akan masa mendatang.

Kesedihan merupakan musibah yang dengannya Allah menguji hamba-hambaNya. Tidaklah seorang muslim tertimpa kesedihan lalu ia bersabar niscaya Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya. Rasulullah bersabda :

مَا يُصِيبُ المُسْلِمَ، مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah berupa kepayahan, sakit yang terus menerus, kecemasan, kesedihan, serta kesusahan, sampaipun duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya dengan hal tersebut.” (HR. Al Bukhari no. 5641)

Orang Muslim Itu Kuat

Saudara pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala…

Seorang muslim itu bukanlah seorang yang lemah, melainkan seorang yang kuat keimanan dan tawakkalnya. Ia menyerahkan segala perkaranya kepada Allah Ta’ala, baik yang telah berlalu maupun yang akan datang. Sehingga tidak ada yang ia khawatirkan mengenai nasibnya.

Seorang muslim juga seorang yang kokoh hatinya. Bila ia tertimpa suatu musibah maka ia tidak berlarut-larut pada kesedihannya. Ia tidak terjebak dalam kesedihan, namun segera bangkit dan meminta pertolongan kepada Allah untuk bersabar di atas musibah yang menimpanya.

Seorang muslim adalah seorang yang kuat tekadnya. Ia selalu bersemangat dalam beramal dan tidak mempengaruhinya lika-liku yang menghambat perjalanannya menuju Allah. Ia berusaha menggapai kebaikan seoptimal mungkin. Ia juga berusaha menghindari hal-hal yang dapat membuat ia bersedih di kemudian hari.

Jangan Bersedih Wahai Saudaraku

Saudara pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala…

Seluruh apa yang terjadi di muka bumi ini telah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala. Segala sesuatu yang ditakdirkan menimpa kita pasti akan mengenai kita, dan sesuatu yang tidak ditakdirkan menimpa kita tidak akan pernah mengenai kita.

Bila kita meyakini hal itu, maka kita telah mengenal Allah dengan sebenar-benarnya. Dimana hal tersebut berkonsekuensi kecintaan kita kepada-Nya. Sebuah kecintaan yang akan menghilangkan kesedihan kita, menghadirkan kesenangan dan kegembiraan bagi hati kita. Bagaimana tidak, Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan menolong dan menjaga kita. Sebagaimana di dalam ayat :

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita.” (At Taubah: 40).

JR-JFR


1 Maksudnya: mereka bersedih hati karena tidak mempunyai harta yang akan dibelanjakan dan kendaraan untuk membawa mereka pergi berperang.

2 Disadur dari kitab Madarijus salikin 1/102 dengan sedikit perubahan.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *