oleh

Kumpulan Bacaan Saat I’tidal Sesuai Sunnah Dengan Audio

-Fiqih-10,968 views

Sebagaimana diketahui, bahwa i’tidal adalah salah satu gerakan shalat, yaitu gerakan setelah bangkit dari ruku’. Gerakan ini termasuk salah satu rukun shalat yang mempunyai peran penting dalam menentukan kesempurnaan shalat seseorang. Pada artikel ini kami menyebutkan hukum membaca zikir saat i’tidal serta beberapa pilihan bacaan sesuai sunnah.

Apa Hukum Membaca Zikir I’tidal?

Hukum asal membaca zikir i’tidal adalah wajib sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا قَالَ الإِمَامُ: سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، فَقُولُوا: اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ

“Jika imam membaca

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Allah Maha Mendengar makhluq yang memuji-Nya,

maka katakanlah:

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ

Ya Allah Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian.”1

Dalam hadits ini terdapat perintah untuk membaca zikir i’tidal. Sedangkan hukum asal perintah dalam syariat adalah wajib dilakukan.

Siapakah yang Diwajibkan Membaca Zikir I’tidal Ketika Shalat Berjama’ah?

Yang diwajibkan untuk membaca zikir i’tidal adalah makmum, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits di atas.

Sedangkan untuk imam dan orang yang shalat sendiri hukumnya adalah sunnah,2 sebagaimana dalam sebuah hadits:

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ يُكَبِّرُ حِينَ يَقُومُ، ثُمَّ يُكَبِّرُ حِينَ يَرْكَعُ، ثُمَّ يَقُولُ: «سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ» حِينَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرُّكُوعِ، ثُمَّ يَقُولُ: وَهُوَ قَائِمٌ «رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ»

“Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertakbir di saat berdiri hendak melaksanakan shalat. Kemudian bertakbir ketika hendak ruku’. Kemudian beliau mengucapkan:

سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

‘Allah Maha Mendengar makhluq yang memuji-Nya’. Ketika mengangkat tulang punggungnya untuk bangkit dari ruku’.

Kemudian membaca:

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

‘Wahai Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian’ dalam keadaan beliau berdiri (i’tidal).”3

Kumpulan Bacaan Saat I’tidal yang Shahih

Zikir-zikir i’tidal yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang bersifat umum, sehingga bisa dibaca pada semua jenis shalat, baik shalat wajib maupun shalat sunah. Ada pula yang bersifat khusus untuk salat malam, sehingga hanya disyariatkan untuk dibaca saat shalat malam saja.

Bacaan Saat I’tidal Ketika Salat Wajib dan Sunah

Berikut ini adalah zikir-zikir i’tidal yang shahih dan bisa dibaca di setiap shalat:

Pertama

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-01-1.mp3?_=1

 

“Wahai Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian.”4

Kedua

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-02.wav?_=2

 

“Wahai Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian.”5

Perbedaan antara zikir yang pertama dan yang kedua adalah, zikir yang kedua tanpa menggunakan huruf “wawu”.

Ketiga

اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-03.wav?_=3

 

“Ya Allah Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian.”6

Keempat

اللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-04.wav?_=4

 

“Ya Allah Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian.”7

Perbedaan antara zikir yang ketiga dan yang keempat adalah, zikir yang keempat tanpa menggunakan huruf “wawu”.

Kelima

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْداً كَثِيراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيهِ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-05.wav?_=5

 

“Wahai Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian yang melimpah, baik, dan diberkahi.”8

Keenam

اللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، مِلْءُ السَّمَاوَاتِ، وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-06.mp3?_=6

 

“Ya Allah Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian, yang memenuhi langit-langit, bumi, dan segala sesuatu yang Engkau kehendaki.”9

Ketujuh

اللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ، مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ، وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-Itidal-shalat-wajib-Sunnah-07.mp3?_=7

 

“Ya Allah Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian, yang memenuhi langit-langit, bumi, dan segala sesuatu yang engkau kehendaki. Engkau adalah pemilik kemuliaan dan keagungan. Tidak ada yang dapat mencegah pemberian-Mu. Tidak ada yang mampu memberi kepada orang yang Engkau halangi. Dan tidak ada yang mampu memberi kemanfaatan. Engkaulah Zat yang mulia. Dari-Mu semata segala kemuliaan.”10

Bacaan Saat I’tidal untuk Shalat Malam

Pertama

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، أَنْتَ الحَقُّ، وَقَوْلُكَ الحَقُّ، وَوَعْدُكَ الحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ الحَقُّ، وَالجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ خَاصَمْتُ، وَبِكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي، لاَ إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-itidal-Shalat-malam-01.mp3?_=8

 

“Ya Allah Rabb kami, hanya milik-Mu semata segala pujian. Engkaulah penguasa langit, bumi, dan yang ada padanya. Hanya milik-Mu semata segala pujian. Engkaulah pengatur langit, bumi, dan yang ada padanya. Hanya milik-Mu semata segala pujian. Engkaulah yang menerangi langit, bumi, dan yang ada padanya. Engkaulah sesembahan yang benar. Firman-Mu pasti benar. Janji-Mu pasti benar. Perjumpaan dengan-Mu pasti benar. Surga benar adanya. Nerakapun benar adanya. Hari kiamat pasti terjadi. Ya Allah hanya kepada-Mu semata aku berserah diri, aku beriman, aku bergantung, aku mengadu, dan hanya kepada-Mu semata aku berhukum. Ampunilah dosa-dosaku yang akan datang dan yang telah berlalu. Yang tersembunyi maupun yang tampak. Bukahkah Engkau lebih tahu daripada aku. Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Engkau.” 11

Zikir ini dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau shalat tahajud.

Kedua

لِرَبِّيَ الْحَمْدُ، لِرَبِّيَ الْحَمْدُ

https://islamhariini.com/wp-content/uploads/2021/12/zikir-itidal-Shalat-malam-02.mp3?_=9

 

“Hanya milik Rabbku semata segala pujian, hanya milik Rabbku semata segala pujian.”12

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca zikir ini ketika shalat malam.

Metode dan Cara Penerapan Seluruh Bacaan Zikir I’tidal

Tidak jarang timbul pertanyaan disebabkan beragamnya riwayat yang datang tentang bacaan saat ‘tidal. Bagaimana cara penerapan riwayat-riwayat tersebut? Berikut ini penjelasannya.

Tuntunan Membaca Seluruh Zikir-zikir I’tidal

Membaca satu jenis zikir i’tidal telah mencukupi, namun yang lebih utama adalah membaca zikir-zikir tersebut secara bergantian setiap i’tidal. Hal ini berdasarkan kaedah; Ibadah-ibadah yang datang dengan beberapa cara pelaksanaan, maka yang paling utama adalah mengerjakan seluruhnya secara bergantian.13

Faedah Ketika Membaca Seluruh Bacaan Zikir I’tidal

Kesimpulannya bahwa sangat dianjurkan untuk membaca seluruh bacaan zikir i’tidal yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena mengandung beberapa faedah, antara lain:

  1. Sebagai bentuk penjagaan terhadap sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  2. Dalam rangka meneladani sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
  3. Dapat membantu untuk menghadirkan hati.

Karena seseorang, jika ia hanya membaca satu bacaan zikir i’tidal saja secara terus menerus setiap shalat dapat menyebabkan ia membaca bacaan tersebut tanpa ia sadari atau tanpa menghadirkan hati saat membacanya. Namun berbeda ketika ia mengganti bacaannya pada masing-masing i’tidal sesuai yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, terkadang membaca yang ini dan terkadang membaca yang itu, maka keadaan seperti ini lebih dapat menghadirkan hati saat membacanya.14

Demikian pembahasan kami seputar bacaan dan zikir i’tidal. Mudah-mudahan Allah Ta’ala mencurahkan taufiq-Nya kepada kita semua dalam mengamalkan ilmu yang telah kita ketahui. Aamiin. Wallaahu a’lam bish shawab. AAA / IWU

Penulis: Abdullah al-Atsari

Referensi:

  1. Asy-Syarhul Mumti’ ala Zadil Mustaqni’ karya Muhammad bin Shalih.
  2. Aslu Sifat Shalat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa salam karya Muhammad Nasiruddin
  3. Al-Fiqhul Muyassar fii Dhauil Kitabi was Sunnah.

Footnotes

  1. HR. al-Bukhari no. 796, dalam Shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  2. Lihat al-Fiqhul Muyassar fii Dhauil Kitabi was Sunnah hlm. 55.
  3. HR. Muslim no. 28 – (392), dalam Shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  4. HR. al-Bukhari no. 689 dan 732, dalam Shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  5. HR. al-Bukhari no. 722, dalam Shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  6. HR. al-Bukhari no. 795, dalam Shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  7. HR. al-Bukhari no. 796 dan 3228, dalam Shahihnya. Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
  8. HR. al-Bukhari no. 799, dalam Shahihnya. Dari sahabat Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqiy radhiyallahu ‘anhu.
  9. HR. Muslim no. 202- (476), dalam Shahihnya. Dari sahabat Ibnu Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu.
  10. HR. Muslim no. 206 – (478), dalam shahihnya. Dari sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu.
  11. HR. al-Bukhari no. 7442, dalam Shahihnya. Dari Sahabat Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhu.
  12. HR. an-Nasa’i no. 735 , shahih. Dari sahabat Hudzaifah ibnul Yaman radhiyallahu ‘anhu.
  13. Lihat Syarah Mumti’ (3/48)

    وكلُّ واحدة من هذه الصِّفات مجزئة، ولكن الأفضل أن يقول هذا أحياناً، وهذا أحياناً، على القاعدة التي قرَّرناها فيما سبق، مِن أنَّ العبادات الواردة على وجوهٍ متنوِّعة الأفضلُ فيها فِعْلُها على هذه الوجوه

     

  14. Lihat Syarah Mumti’ (3/48)

    وذكرنا أن في ذلك ثلاث فوائد, وهي:

    1 ـ المحافظة على السُّنَّة .2 ـ اتِّباع السُّنَّة 3 ـ حضور القلب.

    لأنَّ الإِنسانَ إذا صار مستمرًّا على صيغة واحدة؛ صار كالآلة يقولها وهو لا يشعر، فإذا كان يُغيِّرُ، يقول هذا أحياناً، وهذا أحياناً؛ صار ذلك أدعى لحضور قلبه