oleh

Awas Hadits-hadits Palsu Tentang Bulan Rajab

Pada artikel sebelumya kita telah membahas tentang  Hadits-hadits Dhaif Tentang Bulan Rajab. Kali ini kami menyajikan beberapa hadits palsu tentang bulan rajab yang banyak beredar sebagai nasihat untuk kaum muslimin agar waspada darinya, yakni dalam rangka mengamalkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الدِّينُ النَّصِيحَةُ ,قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ

“Agama ini adalah nasihat (dalam riwayat lain diulangi hingga tiga kali).” Kami (para sahabat) bertanya, “Untuk siapa (wahai Rasulullah)?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, Kitab-Nya dan Rasul-Nya. Serta untuk para pemimpin kaum muslimin dan seluruh kaum muslimin.” (HR. Al Bukhari dalam shahihnya pada Kitabul Iman, Muslim dalam shahihnya no. 55, Abu Dawud no. 4944, At Tirmidzi 1926 dengan berbagai riwayat)

Awas Hadits-hadits Palsu Tentang Bulan Rajab

Sebagai seorang muslim yang mengaku cinta Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tentu tidak rela dengan keberadaan hadits-hadits palsu yang dibuat secara sengaja maupun tidak sengaja. Apalagi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah mengancam keras orang yang berdusta atas namanya. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ كَذِبًا عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ، مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Dusta atas namaku tidak seperti dusta atas nama orang lain. Barangsiapa dengan sengaja berdusta atas namaku, maka harap bersiap mendapat kursi di Neraka.” (HR. Al Bukhari dalam shahihnya no. 1291, dari sahabat Mughirah radhiyallahu ‘anhu)

Alhamdulillah, para ulama ahli hadits dengan izin Allah Ta’ala telah menerangkan berbagai hadits palsu. Maka pada kesempatan kali ini, kami akan menukilkan beberapa hadits-hadits palsu tentang bulan Rajab berikut keterangan para ahlinya.

Hadits Palsu Tentang Rajab Bulan Allah

رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ وَشَعْبَانُ شَهْرِيْ وَرَمَضَانُ شَهْرُ أُمَّتِي

“Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban adalah bulanku, adapun Ramadhan adalah bulan umatku.”

Ibnu Hajar1 (773 – 852 H) rahimahullah menyatakan, hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr an-Nuqqasy al-Mufassir2 (266 – 351 H). Diriwayatkan pula oleh al-Hafidz Abu Fadhl3 (467 – 550) di dalam kitab al-Amali, juga dari an-Nuqqasy.

Tentang perawi ini Ibnu Hajar mengatakan, an-Nuqqasy adalah dajal (tukang dusta), pemalsu hadits4. Ibnu Dihyah (544 – 633 H) rahimahullah5 menyatakan, hadits ini palsu.

Ibnul Jauzi (508-597 H) rahimahullah juga menghukuminya sebagai hadits palsu.6

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Rajab Dibandingkan Bulan-bulan Lain

فَضْلُ رَجَبٍ عَلَى سَائِرِ الشُّهُوْرِ كَفَضْلِ الْقُرْآنِ عَلَى سَائِرِ الْأَذْكَارِ

“Keutamaan Rajab dibandingkan bulan-bulan yang lain, seperti halnya keutamaan al-Quran dibandingkan seluruh zikir-zikir.”

Setelah menyebutkan hadits di atas, Ibnu Hajar rahimahullah menilai, para perawi hadits ini semuanya terpercaya kecuali as-Suqti7; dialah cacatnya. Dia dikenal sering memalsu hadits; suka membuat-buat sanad.8

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Puasa Sehari di Bulan Rajab

Ada banyak hadits palsu tentang keutamaan puasa di bulan Rajab dengan berbagai versinya. Kami sebutkan di antaranya,

رَجَبٌ شَهْرُ اللهِ الْأَصَمِّ، مَنْ صَامَ مِنْ رَجَبٍ يَوْماً إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً اُسْتُوْجِبَ رِضْوَانُ اللهِ الْأَكْبَرِ

“Rajab adalah bulan Allah al-Asham (Mahakuat), barang siapa yang berpuasa sehari pada bulan Rajab dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala, maka akan mendatangkan keridhaan Allah yang Mahabesar.”

Hadits ini tidak ada asalnya; direka-reka oleh Abu Bakar as-Suqti dan dibubuhi sanad palsu, sebagaimana dipaparkan Ibnu hajar.9 Imam asy-Syaukani (1173 – 1250 H)10 mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh al-Jauzaqani dari Anas secara marfu’. Akan tetapi hadits ini palsu dan para perawinya sama sekali tidak dikenal.”11

Hadits Palsu Keutamaan Puasa Tiga dan Tujuh Hari Bulan Rajab

Hadits palsu yang lainnya tentang puasa bulan Rajab,

مَنْ صَامَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ رَجَبٍ كَتَبَ اللهُ لَهُ صِيَامَ شَهْرٍ وَمَنْ صَامَ سَبْعَةَ أَيَّامٍ أُغْلِقَ عَنْهُ سَبْعَةُ أَبْوَابٍ مِنْ النَّارِ

“Barang siapa yang berpuasa tiga hari pada bulan rajab, Allah akan memberikan pahala puasa sebulan penuh. Barang siapa yang berpuasa tujuh hari padanya, akan ditutupkan baginya tujuh pintu neraka.”

Pada hadits ini ada perawi yang bernama Aban. Tentangnya, Imam Ahmad (164-241 H), an-Nasai (251-303 H) dan ad-Daruquthni12 (306-385 H) menyatakan, matruk (haditsnya ditnggalkan).

Saking jeleknya perawi ini, sampai-sampai Imam Syu’bah13 (82 – 160 H) mengatakan, “Berzina lebih aku sukai daripada menyampaikan hadits dari Aban!”

Juga terdapat perawi yang bernama Amer bin al-Azhar. Menurut Imam Ahmad, perawi ini telah membuat hadits palsu. Ad-Daruquthni mengatakan, dia adalah pendusta.

Hadits Palsu Tentang Shalat di Awal Malam Bulan Rajab

مَنْ صَلَّى الْمَغْرِبَ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا عِشْرِيْنَ رَكْعَةٍ، يَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ مَرَّةً، وَيُسَلِّمُ فِيهِنَّ عَشْرَ تَسْلِيْمَاتٍ، أَتَدْرُونَ مَا ثَوَابُهُ؟ ……قَالَ: حَفِظَهُ اللهُ فِي نَفْسِهِ وَأَهْلِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ، وَأُجِيرَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَجَازَ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ

“Barangsiapa mengerjakan shalat maghrib pada awal malam bulan Rajab, kemudian mengerjakan shalat dua puluh rakaat setelahnya; pada setiap rakaat membaca surat al-Fatihah dan al-Ikhlas satu kali, dengan 10 kali salam; tahukah kalian pahala yang didapat darinya?…Allah akan menjaga dirinya, keluarganya, hartanya dan anak-anaknya; dia akan diselamatkan dari siksa kubur; dan akan melewati shirat (jembatan di atas Neraka Jahannam) secepat kilat tanpa dihitung amalannya ataupun diazab.”

Ibnul Jauzi14 rahimahullah berkata, hadits ini palsu, mayoritas perawinya tidak dikenal oleh para ahli hadits.15

Hadits Palsu Tentang Shalat Raghaib

Masih hadits palsu tentang Rajab. Ada sebuah hadits panjang yang menceritakan keutamaan bulan Rajab, sampai pada cerita tentang shalat Raghaib. Berikut kami sebutkan cuplikannya,

لَكِنْ لَا تَغْفُلُوا عَنْ أَوَّلِ لَيْلَةٍ فِي رَجَبٍ، فَإِنَّهَا لَيْلَةٌ تُسَمِّيهَا الْمَلائِكَةُ الرَّغَائِبُ، وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا مَضَى بِكَ اللَّيْلُ لَا يَبْقَى مَلَكٌ مُقَرَّبٌ فِي جَمِيعِ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ إِلا وَيَجْتَمِعُونَ فِي الْكَعْبَةِ وَحَوَالَيْهَا، فَيَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْهِمُ اطِّلاعَةً فَيَقُولُ: مَلائِكَتِي سَلُونِي مَا شِئْتُمْ، فَيَقُولُونَ يَا رَبَّنَا حَاجَتُنَا إِلَيْكَ أَنْ تَغْفِرَ لِصُوَّامِ رَجَب، فَيَقُول الله عزوجل: قَدْ فَعَلْتُ ذَلِكَ.

ثُمَّ قَالَ رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وَمَا مِنْ أَحَدٍ يَصُومُ يَوْم الْخَمِيس أول خَمِيسٍ فِي رَجَبٍ، ثُمَّ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ الْعِشَاءِ وَالْعَتْمَةِ، يَعْنِي لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً

“…akan tetapi jangan sampai kalian lalai dari awal malam Jum’at di bulan Rajab, karena malam tersebut diberi nama oleh para malaikat dengan Raghaib. Apabila telah berlalu sepertiga malam, tidak tersisa lagi malaikat yang didekatkan di seluruh langit dan bumi, melainkan mereka berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya.

Maka Allah Ta’ala melihat mereka seraya mengatakan, “Malaikat-malaikat-Ku, mintalah kepada-Ku apapun yang kalian inginkan!” Mereka menjawab, “Wahai Rabb kami, kami mengharapkan Engkau mengampuni orang yang berpuasa di bulan Rajab.” Allah menjawab, “Aku telah melakukannya.”

Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang berpuasa pada hari Kamis pertama pada bulan rajab (malam Jum’at), kemudian mengerjakan shalat antara waktu Isya’ dengan atamah (sepertiga malam pertama) sebanyak dua belas rakaat…dst

Imam Ibnul Jauzi menyatakan, ini adalah hadits yang dipalsukan atas nama Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.16


Baca juga: Shalat Raghaib, Adakah Dalilnya?


Penutup, Hadits Palsu Merusak Amal Ibadah Wajib

Kami akhiri pembahasan ini dengan penuturan Ibnul Jauzi rahimahullah tentang hadits terakhir yang kami sebutkan di atas. Beliau rahimahullah berkata,

وَلَقَد أبدع من وَضعهَا، فَإِنَّهُ يحْتَاج من يُصليهَا أَن يَصُوم وَرُبمَا كَانَ النَّهَار شَدِيد الْحر، فَإِذَا صَامَ وَلم يتَمَكَّن من الْأكل حَتَّى يُصَلِّي الْمغرب ثُمَّ يقف فِيهَا وَيَقَع فِي ذَلِكَ التَّسْبِيح طَوِيل وَالسُّجُود الطَّوِيل، فيأذى غَايَة الْإِيذَاء، وَإِنِّي لأغار لرمضان ولصلاة التَّرَاوِيح كَيفَ زوحهم بِهَذِهِ، بل هَذهِ عِنْد الْعَوَّامِ أعظم وَأجل، فَإِنَّهُ يحضرها من لَا يحضر الْجَمَاعَات.

“Orang yang memalsukan hadits ini telah mengada-ada syariat baru. Sebab, orang yang akan mengamalkan shalat tersebut (Raghaib) dituntut untuk berpuasa terlebih dahulu. Padahal, cuaca di siang hari terkadang sangat panas. Jika ia berpuasa, berarti ia tidak makan sampai shalat Maghrib; kemudian ia berdiri mengerjakan shalat dengan bacaan yang panjang dan sujud yang lama. Tentu hal ini amat sangat berat.

Sungguh aku merasa cemburu dengan puasa Ramadhan dan Shalat Tarawih. Bagaimana bisa mereka mengabaikannya karena amalan ini?! Bahkan menurut orang awam, amalan ini justru lebih besar dan mulia. Sampai-sampai orang yang tidak pernah menghadiri shalat jama’ah pun ikut mengerjakannya.”17

Demikian pula hadits-hadits palsu tentang Rajab lainnya, justru merusak amal ibadah yang lebih agung dan lebih wajib darinya. Niat hati ingin mendorong untuk beramal kebaikan, akan tetapi yang wajib malah terluputkan. Cukuplah bagi seorang mukmin hadits-hadits yang sahih; yang warid dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan. Semoga Allah menghindarkan kaum muslimin dari berbagai hadits-hadits palsu.

DW/FAI – ALF


 

Footnotes

  1. Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Kinani; Abul Fadhl. Dikenal dengan nama Ibnu Hajar al-Asqalani. Berasal dari negeri Asqalan, salah satu daerah di Palestina. Ia mempunyai karya monumental berjudul Fathul Bari, berisi penjelasan hadits-hadits Shahih al-Bukhari. Seorang ulama besar, pakar hadits; bermazhab Syafi’i dalam bidang fikih.
  2. Muhammad bin Al-Hasan bin Muhammad bin Ziyad bin Harun. Ia seorang guru Al-Qur’an beserta tafsirnya. Ia tinggal di kota Bagdad dan pergi untuk mencari ilmu dalam waktu yang lama. Pekerjaannya adalah memahat atap dan tembok, sehingga ia dikenal dengan an-Nuqqasy (tukang pahat).
  3. Muhammad bin Nashir bin Muhammad bin Ali, Abu Fadhl as-Salamy. Seorang ahli hadits dari negeri Irak pada masanya,. Ia memiliki kitab tentang hadits (al-Amali).
  4. Tabyinul ‘Ajab (hlm.13-15)
  5. Umar bin Hasan, Abul Khattab; Ibnu Dihyah al-Kalbi. Seorang ulama ahli sastra dan sejarah; penghafal hadits. Berasal dari negeri Andalus (Spanyol); rihlah ke berbagai negeri, di antaranya: Syam, Irak dan Khurasan. Kemudian menetap di negeri Mesir dan wafat di sana.
  6. Al-Maudhu’at li Ibnil Jauzy (2/205-206)
  7. Ahmad bin Muhammad bin Al-Husain As-Suqti. Ibnul Jauzi menghukuminya sebagai pemalsu hadits.
  8. Tabyinul ‘Ajab (hlm:17)
  9. Tabyinul ‘Ajab (hlm:17)
  10. Muhammad bin Ali asy-Syaukani. Seorang yang fakih dan mujtahid; salah satu ulama besar negeri Yaman. Tinggal di kota Shan’a dan dikebumikan di sana.
  11. Fawaid al-Majmu’ah karya Imam asy-Syaukani (hlm.439).
  12. Ali bin Umar; Abul Hasan ad-Daruquthni. Imam ahli hadits di masanya, menganut mazhab Syafi’i. lahir di negeri Bagdad dan wafat di sana. Sempat rihlah ke Mesir.
  13. Syu’bah bin al-Hajaj; beliau dijuluki Amirul Mukminin (pimpinan kaum mukmin) dalam bidang ilmu hadits. Ia adalah orang pertama yang meniliti sanad hadits di Irak. Imam Syafi’I rahimahullah menyatakan, “Kalau bukan karena Syu’bah, tidak akan dikenal ilmu hadits di Irak.”
  14. Beliau Abdurrahman bin Ali bin Muhammad Al-Jauzy al-Qurasyi al-Baghdadi, Abul Faraj. Beliau adalah ulama yang mendalami ilmu hadits dan sejarah. Lahir dan wafat di negeri Baghdad
  15. Al-Maudhu’at li Ibnil Juazy (2/123), Tabyinul ‘Ajab (hlm:20), Fawaid Al-Majmu’ah (hal:47)
  16. Al-Maudhu’at (2/125).
  17. Al-Maudhu’at (2/125).