oleh

April Mop, Tradisi Dusta yang Kian Merebak

Sangat disayangkan, pada zaman ini telah tersebar perayaan di tengah-tengah kaum muslimin yang disebut dengan “Kedustaan di awal bulan April” atau lebih dikenal dengan nama April Mop. Perayaan yang dirayakan pada hari pertama bulan April ini dinamakan juga dengan April Fool’s Day (Hari Kebodohan di bulan April).

Nama April Mop diambil dari kebiasaan bermain lelucon pada hari tersebut. Permainan pada perayaan April Mop ini adalah seseorang berdusta dalam rangka bercanda. Padahal permainan tersebut termasuk sebesar-besar kedustaan yang dilakukan manusia pada hari-hari ini.1

Perayaan April Mop mirip seperti festival Hilaria Roma kuno, yang diadakan pada tanggal 25 Maret dan mirip seperti perayaan Holi di India yang berakhir pada tanggal 31 Maret.

Oleh karena itu hendaknya seorang muslim tidak ikut berpartisipasi dalam perayaan April Mop. Kenapa? Tentunya karena beberapa hal berikut ini:

Terdapat Berbagai Kedustaan Dalam Perayaan April Mop

Bentuk permainan pada perayaan April Mop adalah seseorang berdusta dalam rangka bercanda. Padahal perbuatan semacam ini masuk dalam ancaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ بالحَدِيْثِ لِيُضْحِكَ بِهِ القَوْمَ فيَكْذِبُ، ويلٌ لَهُ، وْيلٌ لَهُ

“Celaka bagi seseorang yang bercanda agar suatu kaum tertawa dengan cara berdusta, celaka dia, celaka dia”.2

Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah menerangkan, bahwa hadits di atas padanya terdapat ancaman keras terhadap sikap dusta, sama saja untuk membuat tertawa orang lain atau untuk selain itu karena sikap dusta dilarang secara mutlak.3

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قالَ لِصَبِيٍّ. تعالَ هاكَ، ثمَّ لَمْ يُعْطِهِ، فَهِيَ كِذْبَةٌ

“Barangsiapa yang mengatakan kepada seorang anak, “Kemarilah! Ini untukmu” lalu dia tidak memberikannya, maka dia telah berdusta”.4

Sepantasnya bagi seorang muslim untuk waspada terhadap sikap dusta, walaupun bercanda terhadap anak kecil. Karena kedustaan adalah pengkabaran yang tidak sesuai dengan kenyataannya sehingga semua jenis kedustaan dilarang tidak diperkecualikan sedikitpun.5

April Mop Merupakan Hari Raya Orang Kafir

April Mop termasuk hari raya orang-orang kafir. Dengan kita ikut berpartisipasi dalam perayaan April Mop berarti kita telah menyerupai mereka dalam perayaan yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّور

“Dan orang-orang yang tidak menghadiri kedustaan” (Al-Furqan: 72)

Ulama tafsir dari kalangan Syafi’iyyah, Imam Ibnu Katsir rahimahullah, beliau menukilkan perkataan ulama tentang “kedustaan” pada ayat diatas, bahwasannya hal tersebut adalah hari raya kaum musyrikin.6

Imam dari ulama tafsir, Imam al-Qurthubi rahimahullah menukilkan perkataan Imam ‘Ikrimah rahimahullah tentang makna “kedustaan” pada ayat tersebut, “Permainan yang kaum musyrikin lakukan di masa jahiliyah”.7

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia adalah termasuk bagian dari mereka”.8

Asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah menjelaskan hadits di atas, “Pada hadits tersebut terdapat celaan bagi siapa yang menyerupai orang kafir, karena menyerupai mereka dalam perkara lahir dapat menyebabkan kepribadian dan batin seseorang juga serupa dengan mereka”.9

Al-Imam Ibnu Shalah asy-Syafi’i mengatakan, “Hukum menyerupai orang kafir minimalnya makruh dan bisa sampai kepada tingkatan haram”.10

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

خَالِفُوا المُشْرِكِينَ

“Selisihilah kaum musyrikin”.11

Syaikhul Islam Taqiyuddin Abul Abbas rahimahullah mengatakan, “Menyerupai pada sebagian hari raya mereka dapat membahagiakan hati-hati mereka di atas keyakinan batil mereka”.12

April Mop Bukan Hari Raya Kaum Muslimin

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika tiba di kota Madinah mendapati penduduknya memiliki 2 hari yang mereka bermain dan bergembira di hari itu, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,

مَا هَذَانِ الْيَوْمَانِ؟

“Ada apa dengan 2 hari ini?” Para sahabat menjawab,

كُنَّا نَلْعَبُ فِيهِمَا فِي الْجَاهِلِيَّةِ

“Kami terbiasa bermain pada 2 hari tersebut sejak masa jahiliyah.”

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ الْأَضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengganti 2 hari itu dengan yang lebih baik dari keduanya, yaitu: ‘Idul ‘Adha dan ‘Idul Fitri”.13

Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah menjelaskan, “Diambil hukum pada hadits tersebut yaitu tidak diperbolehkannya bergembira pada hari raya kaum musyrikin dan tidak boleh meniru kebiasaan mereka”.14

Asy-Syaikh Ibnu Shalih rahimahullah juga menyatakan, “Allah tidak mensyariatkan hari raya dalam kurun waktu setahun kecuali tiga hari raya saja yaitu Idul Adha, Idul Fitri dan hari raya pekanan yaitu hari Jum’at. Adapun hari raya lainnya yang kalian lakukan maka sungguh kalian telah mengada-adakan sebuah amalan dalam agama Allah yang tidak pernah Allah syariatkan.”15

Sebab Munculnya Berbagai Akhlak Jelek

Kedustaan merupakan sebab munculnya berbagai akhlak jelek, seperti khianat, curang, jahat, pengecut, bakhil. Seorang pendusta ketika berjanji tidak menepatinya, tidak pula dapat dipercaya ketika menyampaikan berita. Kedustaan menyebabkan kehinaan, kerendahaan, dosa di dunia dan azab di akhirat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ، وَالْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتب عند الله كذاباً

“Sesungguhnya kedustaan mengantarkan seseorang kepada kejahatan dan kejahatan menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka. Senantiasa seseorang selalu berdusta hingga ditulis disisi Allah sebagai pendusta”16

Asy-Syaikh Ahmad bin Abdil Halim rahimahullah berkata, “Menyerupai orang-orang kafir dalam perkara lahir merupakan sebab dan indikasi menyerupai mereka pada berbagai akhlak dan perbuatan yang tercela”.17

Oleh karena itu semua, wajib bagi kita untuk selalu bersikap jujur dan berhati-hati dari sikap dusta, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” (At-Taubah: 119)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ؛ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

“Wajib bagi kalian untuk selalu jujur, karena kejujuran mengantarkan kepada berbagai kebaikan dan kebaikan mengantarkan ke dalam surga”.18

Kesimpulan

Semoga dengan penjelasan di atas kita dapat menjauhi sikap dusta dan tidak ikut berpartisipasi sedikit pun dalam perayaan orang kafir. Yang mana perbuatan itu semua merupakan akhlak yang jelek dan termasuk dosa besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan harapan kita dapat beragama Islam secara utuh dan sempurna serta selalu berhias dengan sikap kejujuran dan berbagai akhlak terpuji. REI/MUS

Referensi:

  1. Fathul Bari, karya al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah
  2. Iqtidha Sirathal Mustaqim, karya asy-Syaikh Ahmad bin Abdil Halim rahimahullah
  3. Syarh Sunan Abi Dawud, karya asy-Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah
  4. Syarh Riyadhus Shalihin, karya asy-Syaikh Ibnu Shalih rahimahullah
  5. Tafsir al-Qur’anul Azhim, karya Imam Abul Fida Ibnu Katsir rahimahullah
  6. Tafsir al-Qurthubi (al-Jami’ li Ahkamil Qur’an), karya Imam al-Qurthubi rahimahullah

1 Syarh Riyadhus Shalihin (1/296)

ومن أعظم الكذب: ما يفعله بعض الناس اليوم، يأتي بالمقالة كاذبا يعلم أنها كذب، لكن من أجل أن يضحك الناس

2 HR. Tirmidzi no. 2315, dari sahabat Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu ‘anhu, hasan, lihat Shahih Targhib wa Tarhib no. 2944 (3/127)

3 Syarh Sunan Abi Dawud (22/567)

هذا فيه التحذير من الكذب، والتشديد في أمر الكذب كما في الترجمة، وذلك بالتعبير بالويل: [(ويل له ويل له!)] وتكرار ذلك، فهو يكذب ويتعمد الكذب لأجل أن يضحك الناس بالكذب الذي يخبر به وهو غير صادق، بل هو كاذب، وهذا كذب سواء كان للإضحاك أو كان لغير الإضحاك؛ لأن الكذب محرم مطلقاً كما مر في الحديث السابق: (إياكم والكذب).

4 HR. Ahmad no. 9836, dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, hasan, lihat Shahih Targhib wa Tarhib no. 2942 (3/127)

5 Syarh Riyadhus Shalihin (1/297)

فالكذب كله حرام، وكله يهدي إلى الفجور، ولا يستثنى منه شيء

6 Tafsir Ibnu Katsir (6/130)

وَقَالَ أَبُو الْعَالِيَةِ، وَطَاوُسُ، وَمُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ، وَالضَّحَّاكُ، وَالرَّبِيعُ بْنُ أَنَسٍ، وَغَيْرُهُمْ: هِيَ أَعْيَادُ الْمُشْرِكِينَ

7 Tafsir al-Qurthubi (13/79-80)

عكرمة: لعب كَانَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ يُسَمَّى بِالزُّورِ

8 HR. Abu Dawud (4031) dan Ahmad (5115) dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, shahih, lihat Irwa’ul Ghalil no. 1269 (5/109)

9 Syarh Sunan Abi Dawud (6/452)

وهذا ذم لمن يتشبه بالكفار؛ لأن التشبه في الظاهر قد يؤدي إلى ميل في الداخل وفي الباطن

10 Fatawa Ibnu Shalah (2/473)

والتشبه بالكفار قد يكون مَكْرُوها وَقد يكون حَرَامًا

11 HR. Bukhari (5829) dan Muslim (259)-54, dari sahabat Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma

12 Iqtidha Sirathil Mustaqim (1/546)

أن مشابهتهم في بعض أعيادهم يوجب سرور قلوبهم بما هم عليه من الباطل

13 HR. Abu Dawud (1134), dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, shahih, lihat Misykah al-Mashabih

14 Fathul Bari (2/442)

وَاسْتُنْبِطَ مِنْهُ كَرَاهَةُ الْفَرَحِ فِي أَعْيَادِ الْمُشْرِكِينَ وَالتَّشَبُّهِ بِهِمْ

15 Liqa’ Babul Maftuh (6/35)

الله تعالى لم يجعل في السنة إلا ثلاثة أعياد فقط: عيد الأضحى، وعيد الفطر، وعيد الأسبوع يوم الجمعة، أما أن تحدثوا أعياداً أخرى فإنكم تحدثون في دين الله ما لم يشرعه

16 HR. Abu Dawud no. 4989, dari sahabat Ibnu Mas’ud, shahih, lihat Shahih Adabul Mufrod (hlm. 153)

17 Iqtidha Sirathil Mustaqim (1/548)

مشابهتهم في الظاهر سبب ومظنة لمشابهتهم في عين الأخلاق والأفعال المذمومة

18 HR. Abu Dawud no. 4989, dari sahabat Ibnu Mas’ud, shahih, lihat Shahih Adabul Mufrod (hlm. 153)