oleh

Apa Itu Jahiliah, Siapa Saja Ahlul Jahiliah?

Jahiliah adalah nisbat kepada kata al-Jahl yang maknanya adalah kebodohan. Adapun makna jahiliah adalah zaman sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan orang yang berada di masa tersebut dinamakan dengan Kaum Jahiliah. 1

Semua perkara dan perangai yang disandarkan kepada jahiliah merupakan perkara tercela dalam syariat. Kita dilarang menyerupainya dan demikian pula menyerupai kaum Jahiliah. Lantas Siapakah Kaum Jahiliah? Bagaimana perangai-perangai mereka? Semoga penjabaran berikut bisa menjawab pertanyaan ini.

Siapakah Ahlul Jahiliah?

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa jahiliah adalah kaum yang berada di masa sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mencakup dua golongan:

Golongan Pertama: Ahli Kitab

Ahli Kitab mencakup dua golongan: pertama: Yahudi dan kedua: Nashara.

Mereka adalah umat yang telah ada sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan bahwa umat Islam akan mengikuti jejak-jejak mereka. Hal ini seperti dalam hadis Abu Said al-Khudri, dari Nabi, beliau bersabda,

لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ، حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ، قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اليَهُودُ وَالنَّصَارَى؟ قَالَ: «فَمَنْ

Sungguh kalian benar-benar akan mengikuti jejak umat sebelum kalian; sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sekalipun mereka masuk ke dalam lubang Dhab (biawak padang pasir) niscaya kalian akan mengikuti mereka.” Kami (para shahabat) pun bertanya, “Wahai Rasulullah apakah mereka adalah Yahudi dan Nashara?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Siapa lagi kalau bukan mereka?!”2

Umat Yahudi sebelum diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka memiliki ilmu dan kitab suci. Namun, mereka terombang-ambing dalam kesesatan, kekufuran, dan penentangan. Mereka mengubah-ubah kitab Taurat dan banyak memasukkan padanya kekufuran dan penyimpangan.

Sama halnya dengan Nashara, mereka mengubah-ubah kitab Injil yang diturunkan kepada nabi Isa ‘alaihissalam dan memasukkan pada agama mereka berbagai macam kekufuran, penyimpangan dan perkara yang tidak pernah diajarkan oleh nabi Isa ‘alaihissalam.

Demikianlah keadaan mayoritas Ahli Kitab sebelum diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hanya segelintir orang saja yang masih memegang teguh agama yang masih lurus menjelang diutusnya nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.3

Golongan Kedua: Kaum Ummi (Kaum Buta Huruf)

Mereka adalah bangsa Arab secara umum. Sebelum datangnya Islam, mayoritas mereka tidak bisa membaca dan menulis. Oleh karenanya mereka dijuluki kaum ummi (yang tidak bisa membaca dan menulis). Allah Ta’ala mengatakan,

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum ummi (yang buta huruf) seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-Nya kepada mereka, menyucikan dan mengajari mereka kitab (al-Qur’an) dan Hikmah (as-Sunnah). Sesungguhnya sebelum itu mereka benar-benar dalam kesesatan nyata.” (al-Jumu’ah: 2)

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam berasal dari bangsa Arab. Beliau tidak bisa membaca dan juga menulis.

Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي وَيُمِيتُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis) yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk.” (al-A’raf: 158)

Kaum Ummi mencakup dua golongan:

Pertama: yang beragama dengan agama terdahulu. Sebagian mereka ada yang beragama Yahudi, Nashara, dan Majusi.

Kedua: yang beragama dengan agama yang hanif (lurus) yaitu agama nabi Ibrahim ‘alaihissalam, terkhusus yang hidup di daerah Hijaz (daerah Makkah, Madinah dan sekitarnya). .4

Hanya saja, agama mereka dirusak oleh seorang tokoh Hijaz yang bernama Amr bin Luhai al-Khuza’i. Dialah orang yang pertama kali merusak agama nabi Ibrahim. Kisahnya, Amr bin Luhai pergi ke Syam untuk berobat. Ia melihat penduduk Syam menyembah patung-patung. Amr menganggap baik penyembahan terhadap patung. Sehingga, saat pulang ke Hijaz, ia membawa beberapa patung. Dia juga mencari patung-patung yang lain. Atas bantuan jin, Amr menggali patung-patung yang terkubur tanah. Patung itu adalah patung orang saleh di masa nabi Nuh ‘alaihissalam, yaitu Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr.

Awalnya, patung-patung tersebut tertimbun tanah. Seiring berjalannya waktu, setan mendatangi Amr bin Luhai dan memberi tahu letak patung-patung tersebut. Dia kemudian menggali, mengeluarkannya dan membagikannya kepada masyarakat Arab serta memerintahkan mereka untuk menyembahnya. Akhirnya, bangsa Arab pun menyembahnya.

Sehingga, Amr bin Luhai merupakan orang pertama yang memasukkan ajaran kesyirikan ke Hijaz dan tanah Arab yang lainnya. Dia juga orang yang pertama merusak agama nabi Ibrahim alaihissalam dengan mengadakan peribadatan kepada patung.

Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat Amr menyeret ususnya sendiri di dalam neraka. .5

Kaum Jahiliah yang Lain

Kaum Jahiliah juga mencakup selain Ahli Kitab dan selain bangsa Arab sebelum kedatangan Islam.

Di antara mereka adalah kaum Majusi. Mereka adalah para penyembah api, dan mayoritas mereka adalah bangsa Persia.

Termasuk kaum Jahiliah; kaum penyembah bintang. Mereka dikenal dengan sebutan kaum Shabiah atau Shabiin, seperti bangsa Yunani dan selainnya.

Kaum Jahiliah juga meliputi berbagai umat dan agama yang ada sebelum masa kenabian nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, secara asal kata Jahiliah memiliki cakupan yang luas.

Syaikhul Islam Ahmad bin Abdul Halim rahimahullah mengatakan,

“Kalimat Sunnah al-Jahiliah mencakup semua jenis Jahiliah, yang umum maupun tertentu, baik dari kalangan umat Yahudi, Nashara, Majusi, para penyembah bintang atau berhala.”6

Beliau rahimahullah juga mengatakan,

“Masuk dalam cakupan Jahiliah adalah semua jenis jahiliah, yang umum maupun tertentu, pada person tertentu, baik dari kalangan ahli Kitab, para pemuja patung, atau selain mereka dari seluruh golongan yang berseberangan dengan syariat yang dibawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ” 7

Islam datang untuk menghapus seluruh peranyai dan akhlak Jahiliah, lalu menggantinya dengan keluhuran dan kemuliaan ajaran Islam. Semoga Allah Ta’ala menjaga kita agar tidak mengikuti jejak kaum Jahiliah, membimbing kita agar istiqamah dalam berpegang teguh dengan Islam. Amin.

USN-JFR

Penulis: Usamah Najib

Referensi:

  1. Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim Ibnu Taimiah rahimahullah, karya
  2. Syarh Masail al-Jahiliah, karya syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah

 


Footnotes

  1. Diintisarikan dari Syarh al-Masailu al-Jahiliah, karya Syaikh Shalih, hal. 9
  2. HR. al-Bukhari: 7320 dari sahabat yang mulia Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu.
  3. Diintisarikan dari Syarh Masail al-Jahiliah, karya syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, hal. 11
  4. Diintisarikan dari Syarh Masail al-Jahiliah, karya syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, hal. 11
  5. Diintisarikan dari Syarh Masail al-Jahiliah, karya syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan, hal. 11
  6. Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim, karya Ibnu Taimiah rahimahullah. (1/529)

    سنة جاهلية. يندرج فيه كل جاهلية مطلقة، أو مقيدة ,يهودية، أو نصرانية، أو مجوسية، أو صابئة أو وثنية،

     

  7. Dinukil dari Syarh Fadhl al-Islam, karya Shalih Alu Syaikh, hal. 154

    قال ابن تيمية : قوله سنة الجاهلية” : يندرج فيها كل جاهلية مطلقة أو مقيدة ، أي : في شخص دون شخص ، كتابية أو وثنية ، أو غيرهما من كل مخالفة لما جاء به المرسلون