oleh

Al Quran Adalah Makhluk Diyakini oleh Golongan Berikut

Pada artikel lalu dengan judul “Al Quran adalah Kalam (Perkataan) Allah, Bukan Makhluk“, kita telah mengetahui penjelasan tentang keyakinan yang benar terhadap Al Quran. Di antara pembahasan yang penting diketahui yaitu terdapat beberapa golongan yang menyelisihi dalil Al Quran, sunnah, serta ijma’ ulama tentang keyakinan terhadap Al Quran. Berikut ini beberapa golongan menyimpang yang meyakini Al Quran adalah makhluk:

Golongan Al-Waqifah

Al-Waqifah adalah golongan yang bersikap abstain (diam dan tidak menegaskan bahwa Al Quran bukan makhluk). Tentang mereka, Imam al-Ajurri rahimahullah (w. 360 H) berkata,

وَأَمَّا الَّذِينَ قَالُوا: الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ وَوَقَفُوا فِيهِ وَقَالُوا: لَا نَقُولُ: غَيْرُ مَخْلُوقٍ، فَهَؤُلَاءِ عِنْدَ كَثِيرٍ مِنَ الْعُلَمَاءِ مِمَّنْ رَدَّ عَلَى مَنْ قَالَ بِخَلْقِ الْقُرْآنِ، قَالُوا: هَؤُلَاءِ الْوَاقِفَةُ: مِثْلُ مَنْ قَالَ: الْقُرْآنُ مَخْلُوقٌ وَأَشَرُّ؛ لِأَنَّهُمْ شَكُّوا فِي دِينِهِمْ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِمَّنْ يَشُكُّ فِي كَلَامِ الرَّبِّ: إِنَّهُ غَيْرُ مَخْلُوقٍ

“Adapun golongan yang berpendapat bahwa Al Quran adalah kalam Allah kemudian diam dan tidak mau mengatakan ‘bukan makhluk’; menurut pandangan mayoritas ulama yang membantah pernyataan ‘Al Quran adalah makhluk’, mereka dinamakan dengan al-Waqifah.

Mereka sama seperti golongan yang menyatakan bahwa Al Quran adalah makhluk bahkan lebih jelek lagi. Sebab, mereka ragu terhadap keyakinan agama mereka. Kita berlindung kepada Allah dari orang yang ragu bahwa kalam Allah (Al Quran) bukanlah makhluk.”1

Di antara ulama yang berpengalaman di dalam membantah pernyataan “Al Quran adalah makhluk” adalah Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (w. 241 H) dan murid-muridnya. Antara lain Imam Abu Dawud rahimahullah (w. 275 H), sebagaimana pernyataannya:

سَمِعْتُ أَحْمَدَ يُسْأَلُ: هَلْ لَهُمْ رُخْصَةٌ أَنْ يَقُولَ الرَّجُلُ: الْقُرْآنُ كَلَامُ اللَّهِ، ثُمَّ يَسْكُتُ؟ فَقَالَ: وَلِمَ يَسْكُتُ؟ لَوْلَا مَا وَقَعَ فِيهِ النَّاسُ كَانَ يَسَعُهُ السُّكُوتُ، وَلَكِنْ حَيْثُ تَكَلَّمُوا فِيمَا تَكَلَّمُوا، لِأَيِّ شَيْءٍ لَا يَتَكَلَّمُونَ؟

“Saya mendengar Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (w. 241 H) ditanya: apakah ulama membolehkan seseorang mengatakan ‘Al Quran adalah kalam Allah’ kemudian diam (tidak mau menegaskan: bukan makhluk)?

Imam Ahmad rahimahullah (w. 241 H) mengatakan: “Mengapa diam?! Jikalau bid’ah tidak terjadi pada manusia niscaya boleh baginya diam. Tetapi tatkala mereka mengatakan pendapat yang bid’ah (yakni Al Quran adalah makhluk), mengapa mereka (golongan al-Waqifah) tidak mau mengatakan (bahwa Al Quran bukanlah makhluk)?”

Imam al-Ajurri rahimahullah (w. 360 H) menjelaskan,

مَعْنَى قَوْلِ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ فِي هَذَا الْمَعْنَى يَقُولُ: لَمْ يَخْتَلِفْ أَهْلُ الْإِيمَانِ أَنَّ الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ تَعَالَى فَلَمَّا جَاءَ جَهْمُ بْنُ صَفْوَانَ فَأَحْدَثَ الْكُفْرَ بِقَوْلِهِ: الْقُرْآنُ مَخْلُوقٌ، لَمْ يَسَعِ الْعُلَمَاءَ إِلَّا الرَّدُّ عَلَيْهِ بِأَنَّ الْقُرْآنَ كَلَامُ اللَّهِ غَيْرُ مَخْلُوقٍ بِلَا شَكٍّ وَلَا تَوَقُّفٍ فِيهِ، فَمَنْ لَمْ يَقُلْ غَيْرَ مَخْلُوقٍ سُمِّيَ وَاقِفِيًّا شَاكًّا فِي دِينِهِ

“Makna ucapan Ahmad bin Hanbal (w. 241 H) adalah: (dahulu) orang-orang yang beriman tidak berselisih pendapat bahwa Al Quran adalah Kalam Allah. Namun, tatkala Jahm bin Shofwan2 memunculkan keyakinan kufur dengan ucapannya ‘Al Quran adalah makhluk’, maka sebuah keharusan bagi ulama untuk membantahnya bahwa Al Quran adalah kalam Allah bukan makhluk tanpa ragu dan sikap abstain.

Siapa yang tidak mau mengatakan ‘Al Quran bukanlah makhluk’, dia tergolong dari kelompok al-Waqifah yang ragu terhadap agamanya.”3

Keyakinan Golongan Al-Lafdziyah

Yaitu, golongan yang mengatakan, “Lafazku ketika membaca Al Quran adalah makhluk.” Golongan ini ditentang keras oleh ulama ahlus sunnah wal jama’ah. Imam al-Ajurri rahimahullah (w. 360 H) memperingatkan kaum muslimin dari mereka,

احْذَرُوا رَحِمَكُمُ اللَّهُ هَؤُلَاءِ الَّذِينَ يَقُولُونَ: إِنَّ لَفْظَهُ بِالْقُرْآنِ مَخْلُوقٌ، وَهَذَا عِنْدَ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَمَنْ كَانَ عَلَى طَرِيقَتِهِ مُنْكَرٌ عَظِيمٌ

“Hati-hatilah –semoga Allah merahmati kalian- dari orang-orang yang mengatakan bahwa lafazku ketika membaca Al Quran adalah makhluk. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah (w. 241 H) dan ulama yang sejalan dengan beliau memvonis hal tersebut sebagai kemungkaran yang besar.”

Bagaimana dengan orang yang mengucapkannya? Al-Ajurri rahimahullah (w. 360 H) melanjutkan,

وَقَائِلُ هَذَامُبْتَدِعٌ، خَبِيثٌ وَلَا يُكَلَّمُ، وَلَا يُجَالَسُ، وَيُحَذَّرُ مِنْهُ النَّاسُ

“Orang yang mengucapkan hal ini adalah para pengusung bid’ah. Seorang yang jelek, tidak diajak bicara, tidak bermajelis dengannya, dan orang-orang diperingatkan dari bahayanya.”4

Hal ini karena ulama tidak mengenal keyakinan yang benar yang bersumber dari Al Quran dan Sunnah selain keyakinan: Al Quran adalah Kalam (perkataan) Allah, bukan makhluk.

Barangsiapa yang mengatakan ‘Al Quran adalah kalam (perkataan) Allah’ kemudian diam maka dia termasuk dari sekte Jahmiyyah.

Barangsiapa yang mengatakan bahwa ‘ucapanku ketika membaca Al Quran adalah makhluk’ maka dia juga termasuk kelompok Jahmiyyah.

Demikianpula barangsiapa yang mengatakan ‘ucapanku ketika membaca Al Quran bukanlah makhluk’ sungguh dia telah berkata tanpa dasar ilmu agama. Dia menyelisihi keyakinan ulama sebagaimana pernyataan al-Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau sangat sungguh-sungguh dan keras dalam membantah mereka.

Mengapa pernyataan ‘lafazku ketika membaca Al Quran adalah makhluk’ tidak dibenarkan? Karena, ‘lafaz’ merupakan kata yang bermakna global di dalam bahasa Arab. Bisa bermakna benar dan bisa pula bermakna batil. Padahal ulama menegaskan bahwa setiap ucapan yang memungkinkan makna benar maupun batil maka dihukumi batil.

Apabila lafaz bermakna ucapan si pembaca, maka tidak diragukan lagi bahwa ucapan manusia adalah makhluk.

Namun apabila dimaknakan dengan muatan yang ia ucapkan yaitu Al Quran, maka lafaz di sini adalah kalam (perkataan) Allah dan bukan makhluk.

Sedangkan yang dimaukan oleh sekte Jahmiyyah adalah makna kedua yaitu sesuatu yang dibaca (Al Quran) adalah makhluk5. Namun, mereka tidak mengatakan hal tersebut secara terang-terangan untuk mengelabui umat.

Pembaca yang mulia, inilah yang senantiasa dilakukan oleh para pengada-ada dalam agama, mengucapkan hal-hal yang global maknanya supaya tercapai niat buruk mereka.

Keyakinan Golongan Kullabiyah6: Al Quran Adalah Hikayat7 dari Kalam Allah

Untuk mengetahui apakah keyakinan mereka benar ataukah salah, pembaca sekalian dapat menelaah kembali dalil-dalil dari Al Quran dan Sunnah bahwa Al Quran adalah kalam (perkataan) Allah yang telah kami paparkan sebelumnya.

Dalil-dalil tersebut dengan tegas menunjukkan bahwa Al Quran bukanlah hikayat dari kalam (perkataan) Allah. Seandainya Al Quran adalah hikayat dari kalam Allah niscaya akan diberitakan pada sebagian ayatnya dan disabdakan oleh Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ternyata, tiada satupun dalil yang menunjukkan hal tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya pun tidak mengatakan pernyataan ini. Bahkan, mereka semua mengimani bahwa Al Quran adalah kalam (perkataan) Allah. Allah Ta’ala yang berbicara sebagaimana yang diberitakan dalam Al Quran.

Allah mewahyukan Al Quran kepada Jibril ‘alaihis salam, kemudian Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala berkata,

نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمِينُ (193) عَلَى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرِينَ

“Ar-Ruh al-Amin (Jibril) turun membawa Al-Qur’an, ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang pemberi peringatan.”(asy-Syu’ara: 193-194)

Oleh karena itu, Imam Muhammad bin al-Husain al-Ajurri rahimahullah (w. 360 H)  berkata,

وَكَذَا مَنْ قَالَ: إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ الَّذِي يَقْرَءُوهُ النَّاسُ، وَهُوَ فِي الْمَصَاحِفِ حِكَايَةٌ لِمَا فِي اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ، فَهَذَا قَوْلٌ مُنْكَرٌ، يُنْكِرُهُ الْعُلَمَاءُ يُقَالُ لِقَائِلِ هَذِهِ الْمَقَالَةِ الْقُرْآنُ يُكَذِّبُكَ، وَيَرُدُّ قَوْلَكَ، وَالسُّنَّةُ تُكَذِّبُكَ وَتَرُدُّ قَوْلَكَ

“Begitupula golongan yang mengatakan: Al Quran yang dibaca oleh kaum muslimin di lembaran-lembaran mushaf yang ada merupakan hikayat dari Al Quran yang berada di Lauhul Mahfudz. Ini adalah ucapan yang mungkar dan diingkari oleh ulama. Pengucapnya (dibantah dan) dikatakan kepadanya: Al Quran dan Sunnah mendustakanmu serta membantah ucapanmu.”8

Keyakinan Golongan Asy’ariyah: Al Quran adalah Ibarat9 dari Kalam Allah

Golongan Asy’ariyah memiliki tujuan yang sama yaitu menyebarkan keyakinan bahwa Al Quran adalah makhluk. Mereka poles keyakinan menyimpang tersebut dengan ungkapan yang berbeda supaya terlihat sebagai kebenaran, padahal sejatinya adalah kesesatan yang amat jauh.

Hendaknya pembaca menelaah kembali dalil-dalil yang telah kami sebutkan di atas. Perhatikan lagi, adakah dalil yang menyebutkan -baik dari Al Quran, Sunnah, maupun ucapan sahabat- bahwa Al Quran adalah ibarat dari kalam (perkataan) Allah?

Ternyata, tidak ada satupun dalil baik dari Al Quran, sunnah, ataupun ucapan sahabat yang membenarkan keyakinan golongan Asy’ariyah.

Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk dan mengikutinya serta istiqamah di atasnya. Semoga Allah Ta’ala memanggil kita dalam keadaan Dia ridho kepada kita semua, Amin. Semoga bermanfaat.

Sumber: Asy-Syari’ah karya Muhammad bin al-Husain al-Ajurri asy-Syafi’i rahimahullah (w. 360 H) . UKA/FAI/IWU

Penulis: Ukkasyah al-Atsariy

Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Al Qur’an adalah Kalam (Perkataan) Allah, bukan makhluk. Simak lagi pembahasannya di: Al-Quran adalah Kalam (Perkataan) Allah Bukan Makhluk


1 Asy-Syari’ah hlm. 75 (cet. Ibnul Jauzi Mesir)

2 Tokoh bid’ah, dari namanya ini sektenya dikenal yaitu sekte Jahmiyah

3 Asy-Syar’iah 1/527

4 Asy-Syari’ah 1/534-535

5 Mereka menginginkan dari ucapan global tersebut untuk menyebarkan keyakinan yang tidak benar bahwa Al Quran adalah makhluk.

6 Nama golongan ini dinisbahkan kepada kakek pendirinya yaitu Abu Muhammad Abdullah bin Sa’id bin Kullab. Golongan ini menginduk kepada golongan Jahmiyyah yang mengatakan bahwa Al Quran adalah makhluk.

7 Hikayat adalah kutipan atau nukilan yang sesuai dengan aslinya (tekstual). Maksud mereka adalah sebagai jembatan penghubung kepada keyakinan Al Quran adalah makhluk, bukan kalam Allah.

8 Asy-Syari’ah 1/535.

9 Ibarat adalah nukilan yang tidak sama dengan aslinya namun secara maknanya sama (kontekstual).

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *