oleh

Agar Kita Ingat Mati

“Saya masih ingat ketika itu dia hampir saja menabrak warung mie ayam.”

“Ingat! di terminal banyak copet.”

Inilah dua contoh penggunaan kata “ingat” dalam sebuah kalimat. “Ingat” memiliki banyak makna tergantung konteks kalimat yang dimasukinya, namun yang terpenting di sini adalah kita mudeng (paham) apa yang dimaukan dari judul artikel ini, yaitu:

“Menjadikan kematian sebagai suatu hal yang selalu terngiang dalam pikiran kita sehingga kita selalu sadar, penuh perhatian, kehati-hatian dan selalu mempertimbangkan seluruh ucapan dan perbuatan kita, agar ketika kita menghadapinya nanti kita tidak dihantui oleh penyesalan yang tiada ujungnya.”

Sudut Pandang Seorang Muslim

Sebagai seorang muslim kita harus selalu islami (bersifat keislaman) dalam segala ucapan dan perbuatan kita dalam artian kita menyikapi segala sesuatu dengan menggunakan ilmu agama islam yang kita pelajari.

Menggunakan sudut pandang islam dalam hal ini adalah menilik dan mencermati “kematian” dengan kacamata Islam yaitu mencari dan mempelajari bagaimana Islam mengarahkan dan membimbing para pemeluknya dalam menyikapi hal tersebut. Dengan kata lain, kita tidak menyikapinya dengan dunia ataupun dengan kacamata selain Islam.

Kita harus selalu yakin bahwasanya Islam adalah agama yang paling sempurna dan satu-satunya agama yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhoi. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (al-Maidah: 3)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.” (ali ‘Imran: 19)

Islam agama yang paling sempurna, hal ini dikarenakan Islam telah membimbing para pemeluknya dari segala sisi kehidupan mereka dengan bimbingan yang bisa diterapkan pada semua orang, setiap masa dan seluruh penjuru semesta.

Kematian Adalah Sebuah Kepastian

Di dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ ۝٥٧

“Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan kematian. Kemudian hanyalah kepada kami kamu dikembalikan”. (al-Ankabut: 57)

Artinya kita semua akan merasakan kematian. Yang memastikan hal ini adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala Dzat yang telah menciptakan, memberi rezeki dan mengatur alam semesta ini, Dzat yang Maha tahu apa yang telah terjadi dan juga apa yang akan terjadi. Sehingga kita kaum muslimin tidak boleh sedikitpun ragu terhadapnya.

Namun, di sisi lain Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan waktu kematian bagi setiap insan adalah bagian dari ilmu-ilmu ghaib yang hanya Dia-lah yang mengetahuinya. Demikian pula tempat dan bagaimana cara Allah Subhanahu wa Ta’ala mematikan hamba-Nya itu. Maka, kita harus selalu siap dan waspada dengan menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya berupa amal shalih seperti shalat, zakat, puasa, membaca al-Qur’an, belajar ilmu agama dan sebagainya. Juga selalu beristighfar atas segala dosa yang kita kerjakan karena manusia tidak pernah lepas dari dosa.

Tentunya kita harus selalu ikhlas lillah dalam seluruh amal perbuatan kita tersebut. Harapannya, ketika kita menghadapinya nanti, kita tidak dirundung oleh penyesalan yang tiada berujung. Karena nanti kita akan kembali kepada-Nya. Seluruh makhluk akan dibalas sesuai amalan yang ia kerjakan dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah mendzalimi seorangpun sekecil apapun.

Agar Kita Ingat Mati

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Islam telah mengatur segala urusan pemeluknya. Dalam hal ini pun, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan arahan sebagaimana dalam sabdanya:

نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُكُمُ الْمَوْتُ

“Dahulu aku melarang kalian untuk berziarah kubur. Sekarang, berziarah kuburlah karena ziarah kubur mengingatkan kalian akan kematian.” (HR. Hakim di dalam Al Mustadrak pada kitab Al Janaaiz no. 1388, hasan).

Inilah salah satu cara agar kita bisa mengingat kematian yakni dengan ziarah kubur. Ketika kita melihat kuburan orang shalih –misalnya- maka akan terbetik dalam hati kita “ma sya Allah, dia akan menghadapi semuanya dengan kemudahan dari Allah” maka kitapun termotivasi untuk bisa menjadi seperti dia dalam keshalihan.

Kemudian ketika yang kita lihat adalah kuburan orang fajir (pendosa) maka akan tumbuh rasa takut dalam hati kita jikalau kita mati dalam kondisi yang demikian –Na’udzubillah min dzalik- sehingga kitapun menjadi pribadi yang selalu beristighfar dan senantiasa berusaha menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat.

Adanya hal-hal yang mengingatkan kita pada kematian maka menunjukkan adanya hal-hal yang menjadikan kita lupa terhadapnya. Di antara perkara yang melalaikan kita dari kematian adalah hubbud dun-ya (cinta dunia).

Semakin besar kecintaan seorang hamba kepada dunia maka dia akan semakin tertipu dengan keindahannya sehingga diapun semakin lupa dengan kematian. Lalu apa maksud “dunia” di sini?

Dunia di sini tidak hanya sebatas pada harta benda berupa uang, emas, perak dan sebagainya, namun termasuk dunia adalah istri dan anak. Demikian pula jabatan, ketenaran, gengsi dan segala hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia selain dari urusan agamanya. Kalaupun dunia itu tidak membuatnya lupa kepada kematian maka minimalnya dunia akan membuatnya takut terhadap kematian.

Takut mati sendiri tidak bisa dipukul rata bahwa ia merupakan perkara positif atau negatif, namun semuanya tergantung pada efek yang timbul pada diri si hamba tersebut, yaitu:

  1. Apabila rasa takutnya itu lahir dari cintanya kepada dunia yang membuat dia semakin mengejarnya dan lalai terhadap tujuan utama kehidupannya di dunia ini, maka ini takut mati yang tercela.

    Tujuan utama kehidupan manusia adalah sebagaimana yang Allah firmankan:

    وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ ۝٥٦

    “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariat: 56).

  2. Apabila rasa takut itu muncul karena dia merasa belum siap menghadapinya atau karena banyaknya dosa yang pernah dia lakukan dan sedikitnya pahala yang ia miliki, kemudian hal itu mendorong dia untuk lebih bersemangat dalam istighfar dan ibadah maka ini takut mati yang terpuji.

Lalu bagaimana kondisi orang-orang yang berziarah kubur lantas dia meminta-minta urusan duniawi kepada penghuni kuburan tersebut?

Bukankah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas menyatakan bahwa tujuan dari ziarah kubur adalah mengingat akhirat dan kematian?

Bukankah keindahan dunia akan membuat seorang hamba semakin lupa dengan akhirat dan kematian?

Sepertinya kita memang harus banyak-banyak belajar agama, agar kita tidak selalu salah langkah dalam meniti kehidupan di dunia yang penuh ujian dan kepalsuan ini.

Wallahu a’lam bish shawab. TH3

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *