oleh

Adab Imam dan Makmum Selesai Shalat Berjama’ah

Pertanyaan:

Mana yang utama bagi imam, langsung berpaling menghadap jama’ah setelah shalat atau menunggu sebentar?

Jawaban:

Lebih utama bagi imam agar tetap menghadap kiblat, untuk membaca istighfar tiga kali lalu mengucapkan dzikir,

اللهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ

Setelah itu menghadap para makmum.
Kemudian jika bangkitnya dia (sang imam) dari tempat dia duduk akan menyebabkan dia melangkahi pundak para makmum, maka yang utama tetap di tempat hingga mendapati kelonggaran. Jika tidak mengharuskan dia melangkahi pundak makmum, maka boleh baginya untuk segera pergi.

Sementara bagi makmum, yang utama baginya adalah tidak pergi (tetap di tempat) sebelum sang imam pergi, dalilnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

لَا تَسْبِقُونِي بِالِانْصِرَاف

“Janganlah kalian mendahuluiku pergi meninggalkan shalat.“1

Namun, apabila imam lama menghadap kiblat melebihi apa yang disunahkan maka bagi makmum tidak mengapa untuk pergi.

[Sumber: Fatwa dan Risalah Syaikh Muhammad bin Salih al-Utsaimin jilid. XIII] AYN-IMM

557 … وسئل فضيلة الشيخ حفظه الله -: هل الأولى للإمام أن ينصرف بعد الصلاة مباشرة أو ينتظر قليلاً؟

فأجاب فضيلته بقوله: الأولى للإمام أن يبقى مستقبل القبلة بقدر ما يستغفر الله ثلاثاً، ويقول: اللهم أنت السلام، ومنك السلام، تباركت يا ذا الجلال والإكرام، ثم ينصرف إلى جهة المأمومين.

أما بقاؤه في مكانه فإن كان يلزم من قيامه تخطي رقاب المأمومين فالأولى أن يبقى حتى يجد متسعاً، وإلا فله الانصراف.

أما المأموم فالأولى أن لا ينصرف قبل إمامه لقول النبي صلى الله عليه وسلم: “لا تسبقوني بالانصراف“. لكن إذا أطال الإمام البقاء مستقبل القبلة أكثر من السنة فللمأموم أن ينصرف.

مجموع فتاوى و رسائل محمد بن صالح العثيمين

المجلد الثالث عشر


Catatan:

1 Hadist yang dimaksud oleh syaikh adalah:

أَيُّهَا النَّاسُ، إِنِّي إِمَامُكُمْ، فَلَا تَسْبِقُونِي بِالرُّكُوعِ وَلَا بِالسُّجُودِ، وَلَا بِالْقِيَامِ وَلَا بِالِانْصِرَافِ

“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah imam shalat kalian, maka janganlah kalian mendahuluiku baik dalam rukuk, sujud, berdiri maupun saat salam” (HR. Muslim dalam shahihnya no. 426, dari  sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu)

Yang dimaksud dengan al Inshiraf adalah salam di akhir shalat. Maka diharamkan bagi seorang makmum melakukan salam di akhir shalat sebelum imam. Jika dia melakukannya maka shalatnya batal.

Namun, Syaikh juga berdalil dengan hadits ini bahwa yang lebih utama bagi makmum (bukan wajib) untuk tetap tinggal di tempat shalatnya sampai sang imam pergi meninggalkan tempatnya. Wallahu A’lam. ULB

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *