oleh

8 Syarat Kalimat Tauhid yang Harus Diketahui

Kalimat tauhid memiliki keutamaan yang sangat besar. Kalimat yang membedakan apakah seseorang dikatakan beriman atau kafir. Barangsiapa yang mengucapkannya dengan penuh kejujuran, Allah Ta’ala akan memasukkannya ke dalam surga.

Kalimat yang sedikit hurufnya, ringan diucapkan tetapi berat timbangannya ini memiliki syarat-syarat yang sangat penting untuk diketahui. Oleh sebab itu mari kita simak apa saja syarat-syarat tersebut.

Syarat pertama: Ilmu

Mengilmui perkara-perkara yang dinafikan dan ditetapkan oleh kalimat tauhid adalah perkara yang sangat penting. Barangsiapa yang mengucapkannya tetapi tidak memahami makna dan konsekuensinya maka kalimat tersebut tidak bermanfaat baginya.

Allah Ta’ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

“Maka ketahuilah (ilmuilah), bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah.”(Muhammad:19)

Dan di dalam hadits, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang mati dalam keadaan dia mengilmui atau mengetahui bahwasanya tiada ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah, maka dia akan masuk jannah.”1

Syarat Kedua: Yakin

Yakin merupakan kesempurnaan ilmu dalam memahami kalimat tauhid. Sehingga dengannya hilanglah segala keraguan yang ada pada jiwa. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu.” (al-Hujurat: 15)

Dalam ayat diatas Allah Ta’ala menjadikan tolak ukur benar atau tidaknya iman seseorang dengan keadaan mereka yang tidak ragu-ragu.

Nabi muhammad shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللهِ، لَا يَلْقَى اللهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا، إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Aku bersaksi bahwasanya tiada ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah, dan bahwasanya aku adalah utusan Allah, tidaklah seorang hamba yang berjumpa Allah dengan membawa keduanya (dua kalimat syahadat tersebut) tanpa keraguan, kecuali dia akan masuk Jannah.”2

Syarat Ketiga: Ikhlas

Keikhlasan merupakan hal yang dapat menghilangkan kesyirikan. Inilah perkara yang dituntut oleh kalimat tauhid. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.” (al-Bayyinah: 5)

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ نَفْسِهِ

“Manusia yang paling bahagia dengan (mendapat) syafaatku pada hari kiamat adalah orang yang mengikrarkan bahwa tiada ilah (sesembahan yang hak) kecuali Allah dengan penuh keikhlasan dari hati atau jiwanya.”3

Syarat Keempat: Jujur

Yaitu seorang yang mengucapkan kalimat tauhid harus jujur dan tidak berdusta, lisan ataupun perbuatannya harus sesuai dengan hatinya. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala katakan di dalam al-Quran:

الم أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”(al-Ankabut: 1-3)

Nabi shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

مَا مِنْ أَحَدٍ يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ، إِلَّا حَرَّمَهُ اللَّهُ عَلَى النَّارِ

“Tidak ada seorangpun yang dia bersaksi bahwasanya tiada ilah (sesembahan yang berhak disembah) selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, dengan penuh kejujuran, maka Allah mengharamkan baginya neraka.”4

Syarat Kelima: Kecintaan

Seorang harus mencintai kalimat tauhid beserta konsekuensi yang ada di dalamnya. Bersamaan dengan itu wajib untuk mencintai orang-orang yang mengamalkan kalimat tauhid tersebut. Sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ

“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”(al-Baqarah: 165)

Allah Taala mengabarkan bahwa seorang hamba yang mukmin sangat mencintai Allah dengan mereka tidak menyekutukan-Nya dalam masalah kecintaan. Sebagaimana juga yang disebutkan dalam sebuah hadist:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ: مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا، وَمَنْ أَحَبَّ عَبْدًا لاَ يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَمَنْ يَكْرَهُ أَنْ يَعُودَ فِي الكُفْرِ، بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ، مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ

“Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang maka dia akan merasakan nikmatnya iman, yaitu: seorang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selainnya, tidaklah dia mencintai seseorang melainkan murni karena Allah Azza wa Jalla, serta dia membenci untuk kembali ke dalam kekufuran setelah Allah meyelamatkannya sebagaimana dia benci apabila Allah memasukkanya ke dalam neraka.”5

Syarat Keenam: Tunduk dan Patuh

Yakni seseorang tunduk dan patuh dalam menunaikan konsekuensi yang ada pada kalimat tauhid tersebut. Dengan cara beramal dengan ikhlas dan mengharapkan ridho Allah semata. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ

“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya.”(az-Zumar: 54)

Pada ayat di atas Allah Ta’ala memerintahkan hambanya untuk berserah diri dan patuh terhadap perintah-Nya.67

Syarat Ketujuh: Persetujuan

Yaitu seseorang menerima konsekuensi yang ada pada kalimat tauhid dengan lisan dan hatinya serta bersikap tidak sombong atau angkuh. Allah Taala berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ

“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?.”(as-Shaffat: 35-36)

Allah Ta’ala mengatakan bahwa sebab pengingkaran mereka adalah kesombongan dan tidak mau menerima konsekuensi kalimat tauhid.

Syarat Kedelapan: Berlepas Diri Dari Kesyirikan8

Seseorang tidak dikatakan bertauhid sebelum ia berlepas diri dari kesyirikan, sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang disebutkan dalam al-Quran.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِمَّا تَعْبُدُونَ

Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu sembah.”(az-Zukhruf: 26)

Penutup

Sufyan bin Uyainah pernah berkata (w.78 H):

“Tidaklah Allah mengaruniakan sebuah kenikmatan kepada para hambanya sebuah kenikmatan yang lebih besar dari pada dipahamkannya mereka terhadap makna la ilaaha illallah, dan sesungguhnya kalimat la ilaha illallah bagi penghuni surga bagaikan air dingin bagi penduduk bumi.9

Al-Imam Wahab Ibnu Munabbbih (w.795 H) juga pernah ditanya: “Bukankah kalimat la ilaha illaallah itu kunci untuk masuk surga? Beliau menjawab: tentu, akan tetapi tidak ada kunci melainkan pasti ada geriginya, apabila engkau mendapati sebuah kunci yang ada geriginya baru engkau bisa membuka(pintunya), namun apabila tidak ada geriginya maka engkau tidak dapat membukanya.10

Begitu pentingnya kalimat tauhid tersebut sehingga sudah sepantasnya bagi kita untuk memperhatikan syarat dan konsekuensinya.

LHL-AAP

Penulis: Lekat Hidayat


Referensi:

  1. At-Tafsir al-Muyassar karya sekumpulan Ulama.
  2. Al-Wala’ Wal Bara’ Fil Islam Fi Mafahimi Aqidatis Salaf karya Muhammad bin Said al-Kohtoni.
  3. Syarh Kalimat al-Ikhlas karya Ibnu Rajab.
  4. Ma’arijul Kabul karya Hafid bin Ahmad al-Hakami (1342H-1377H).
  5. Makna La Ilaha Illallah karya al-Fauzan.
  6. Syarah al-Usul at-Tsalasah karya al-Fauzan .
  7. Tafsir at-Thabari karya at-Thabari.

Footnotes

  1. HR. Muslim no. 43/26 dari sahabat Utsman bin Affan radhiyallahu’anhu dalam shahihnya.
  2. HR. Muslim dalam shahihnya no. 44/27 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu
  3. HR. al-Bukhari no.99/6570 dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu dalam shahihnya.
  4. HR. al-Bukhari dalam shahihnya no.128 dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu .
  5. HR. al-Bukhari no. 21 dan Muslim no.43/67, dalam shahih keduanya dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu .
  6. Tafsir al-Muyassar pada penjelasan surat az-Zumar ayat 54.

    وارجعوا إلى ربكم أيها الناسبالطاعة والتوبة، واخضعوا له من قبل أن يقع بكم عقابه، ثم لا ينصركم أحد من دون الله

    Dan kembalilah kalian kepada rabb kalian-wahai manusia-dengan ketaatan dan taubat, serta tunduklah kepada-Nya sebelum Allah menurunkan azab-Nya kepada kalian, kemudian tidak ada yang mampu menolong kalian seorangpun selain Allah.”

  7. Berkata al-Imam at-Thobari di dalam tafsirnya 21/312 dengan sanadnya, menjelaskan makna firman Allah taala [وَأَسْلِمُوا لَهُ] beliau berkata:

    وقوله: (وَأَسْلِمُوا لَهُ) يقول: واخضعوا له بالطاعة والإقرار بالدين الحنيفي (مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ) من عنده على كفركم به.

    Dan firman Allah (وَأَسْلِمُوا لَهُ) beliau berkata (ibnu Zaid): tunduklah kalian kepada-Nya dengan ketaatan dan pengakuan terhadap agama yang lurus (sebelum datang azab kepada kalian) dari Allah atas kekufuran kalian.

  8. Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama tentang jumlah syarat kalimat tauhid. Ada yang mengatakan syaratnya ada tujuh dan ada pula yang mengatakan ada delapan.
  9. Syarh Kalimat al-Ikhlas 1/132:

    قَالَ ابنُ عُيَينَةَ: (مَا أَنْعَمَ الله عَلَى العِبَادِ نِعْمَةً أَعظَم مِنْ أَنْ عَرَّفَهَم لا إِلَهَ إِلاَّ الله، وَإنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله لأَهْلِ الجَنَّةِ كَالمَاءِ البَارِدِ لأَهلِ الدُّنْيَا)

  10. Lihat al-Wala’ Wal Bara’ Fil Islam 1/29:

    وقد قال وهب بن منبه لمن سأله: أليس (لا إله إلا الله) مفتاح الجنة؟ قال: بلى. ولكن ما من مفتاح إلا وله أسنان، فإن جئت بمفتاح له أسنان فتح لك، وإلا لم يفتح لك