oleh

8 Pembahasan Mandi Junub

-Fiqih-4,941 views

Sebelumnya kita telah menjelaskan dengan ringkas tentang tatacara mandi junub yang benar dalam 2 Cara Mandi Junub Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Pada kesempatan ini kita akan membahas beberapa rincian dari pembahasan sebelumnya. Dengan tujuan untuk menyempurnakan pembahasan yang telah lalu.

1. Hukum Bismillah Di Awalnya

• Dalam Mausu’ah Ahkam Ath-Thaharah disebutkan :

لم يرد في جميع أحاديث الغسل من الجنابة ذكر للتسمية، لا في حديث صحيح، ولا ضعيف، والأصل عدم المشروعية

“Tidak dijumpai dalam semua hadits tentang mandi junub penyebutan bismillah. Dalam hadits shahih-nya ataupun yang dha’if. Dan hukum asalnya tidak disyari’atkan.” (IV/416 – Maktabah Ar-Rusyd, Cet. III)

• Selanjutnya, penulis mengatakan :

التسمية على الأفعال، منها ما هو شرط كالذبح، ومنها ما هو مشروع، كالتسمية للأكل، ورمي الجمار، والدخول والخروج، ومنها ما هو بدعة كالتسمية للأذان، ولتكبيرة الإحرام

“Membaca bismillah sebelum melakukan sesuatu :

– Ada yang merupakan syarat, seperti saat menyembelih.

– Ada yang disyari’atkan [bisa sunnah bisa wajib, pent], seperti sebelum makan, sebelum melempar jumrah, saat masuk dan keluar rumah.

– Dan ada pula yang bid’ah, seperti bismillah sebelum adzan dan takbiratul ihram.” (Keterangan ini terdapat dalam Asy-Syarh Al Mumti’, I/161-163)

2. Kumur-Kumur dan Menghirup Air Ke Hidung Sangat Ditekankan Saat Mandi Junub

• Imam Syafi’i rahimahullah berkata :

وَلَا أُحِبُّ لِأَحَدٍ أَنْ يَدَعَ الْمَضْمَضَةَ وَالِاسْتِنْشَاقَ فِي غُسْلِ الْجَنَابَةِ وَإِنْ تَرَكَهُ أَحْبَبْت لَهُ أَنْ يَتَمَضْمَضَ

“Aku tidak menyukai bila seseorang mandi junub tanpa berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung. Bila dia enggan, setidaknya dia berkumur.” (Al Umm, II/88 Cet. Darul Wafa’)

3. Membersihkan Kemaluan Menggunakan Tangan Kiri; Yang Kanan Menyiram Air

Kemaluan dibersihkan dengan tangan kiri, baik untuk istinja’ atau membersihkannya saat sebelum mandi junub atau sebab lainnya. Ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallah ‘alaihi wa sallam :

لَا يُمْسِكَنَّ أَحَدُكُمْ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ وَهُوَ يَبُولُ

“Jangan salah seorang dari kalian memegang kemaluannya dengan tangan kanan ketika buang air kecil.” (HR. Al Bukhari (154) dan Muslim (267) )

4. Hukum Berwudhu Sebelum Mandi Junub

• Seorang ulama dari Mazhab Syafi’i, Imam Nawawi rahimahullah berkata :

الْوُضُوءُ سُنَّةٌ فِي الْغُسْلِ وَلَيْسَ بِشَرْطٍ وَلَا وَاجِبٍ هَذَا مَذْهَبُنَا وَبِهِ قَالَ الْعُلَمَاءُ كَافَّةً إلَّا مَا حُكِيَ عَنْ أَبِي ثَوْرٍ وَدَاوُد

Wudhu pada mandi junub hukumnya sunnah, bukan syarat bukan pula kewajiban. Dan ini yang menjadi madzhab kami dan madzhab semua ulama, kecuali pendapat yang dihikayatkan dari Abu Tsaur dan Dawud; di mana mereka mempersyaratkan wudhu (sebagai syarat sah mandi junub).” (Mukhtashar Al Majmu’, II/102)

5. Mendahulukan yang Kanan Saat Membasuh Kepala

• Aisyah radhiyallahu ‘anha menuturkan :

بَدَأَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الْأَيْمَنِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ، ثُمَّ أَخَذَ بِكَفَّيْهِ. فَقَالَ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengawali dengan membasuh kepala bagian kanan, lalu yang kiri, kemudian beliau menuangkan air ke kepala secara merata dengan kedua telapak tangannya.” (HR. Muslim (318))

6. Hukum Menggosok Badan

• Imam Syafi’i rahimahullah mengatakan :

وَأُحِبُّ لَهُ أَنْ يُدَلِّكَ مَا يَقْدِرُ عَلَيْهِ مِنْ جَسَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ وَأَتَى الْمَاءُ عَلَى جَسَدِهِ أَجْزَأَهُ. وَكَذَلِكَ إنْ انْغَمَسَ فِي نَهْرٍ أَوْ بِئْرٍ فَأَتَى الْمَاءُ عَلَى شَعْرِهِ وَبَشَرِهِ أَجْزَأَهُ

“Aku menyukai bagi seorang yang mandi junub untuk menggosok bagian tubuhnya yang bisa dia jangkau. Jika tidak dia lakukan namun air telah merata pada seluruh tubuh; sah mandinya. Demikian pula bila seseorang mandi bercebur ke sungai atau sumur dan semua rambut serta kulitnya basah; sah mandi junubnya.” (Al Umm, II/88-89 Cet. Darul Wafa’)

• Dan berkata Imam Nawawi rahimahullah :

مذهبنا أَنَّ دَلْكَ الْأَعْضَاءِ فِي الْغُسْلِ وَفِي الْوُضُوءِ سُنَّةٌ لَيْسَ بِوَاجِبٍ فَلَوْ انْغَمَسَ فِي مَاءٍ كَثِيرٍ نَاوِيًا فَوَصَلَ شَعْرَهُ وَبَشَرَهُ أَجْزَأَهُ وُضُوءُهُ وَغُسْلُهُ، وَبِهِ قَالَ الْعُلَمَاءُ كَافَّةً إلَّا مَالِكًا وَالْمُزَنِيَّ فَإِنَّهُمَا شَرَطَاهُ فِي صِحَّةِ الْغُسْلِ وَالْوُضُوءِ

Dalam madzhab kami menggosok badan saat mandi junub hukumnya sunnah; tidak wajib.

Andai seseorang menceburkan dirinya ke air yang banyak dengan niat (mengangkat hadats); dan dia kenakan air ke rambut dan seluruh tubuhnya maka sah untuk wudhu dan mandi sekaligus.

Demikianlah pendapat semua ulama kecuali Malik dan Al Muzani yang mempersyaratkan menggosok sebagai penentu sahnya mandi dan wudhu.” (Mukhtashar Al Majmu’, II/102)

Maka tidak dipersyaratkan menggosok badan saat mandi junub. Karena di dalam hadits tidak disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggosok badannya.

Namun jika merasa khawatir air tidak merata ke seluruh tubuh; maka sepantasnya dia ratakan dengan tangannya hingga dia merasa yakin.

7.  Haruskah Merutinkan Dalam Membasuh Kaki Selesai Mandi Junub?

Mencuci kedua kaki setelah mandi junub hanya dilakukan saat diperlukan. Karena dalam riwayat Al Bukhari tidak ada penyebutan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencuci kedua kakinya seusai mandi junub.

Sehingga yang nampak -wallahu a’lam-, bahwa hal ini hanya dilakukan ketika perlu. Di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang mencuci kakinya setelah mandi junub dan terkadang tidak.

8. Mandi Junub Sudah Mewakili Wudhu Selama Dia Tidak Berhadats Kembali

• Imam Syafi’i rahimahullah menyatakan :

وَلَوْ بَدَأَ فَاغْتَسَلَ وَلَمْ يَتَوَضَّأْ فَأَكْمَلَ الْغُسْلَ أَجْزَأَهُ مِنْ وُضُوئِهِ لِلصَّلَاةِ

“Bila seseorang langsung mandi junub tanpa berwudhu, lalu selesai dari mandinya; maka itu telah mewakili wudhunya untuk shalat. Karena bersuci dengan cara mandi lebih banyak daripada wudhu atau semisalnya.” (Al Umm, II/89 Cet. Darul Wafa’)

• Imam Nawawi rahimahullah mengatakan :

لَوْ أَحْدَثَ الْمُغْتَسِلُ فِي أَثْنَاءِ غُسْلِهِ لَمْ يُؤَثِّرْ ذَلِكَ فِي غُسْلِهِ بَلْ يُتِمُّهُ وَيُجْزِيه فَإِنْ أَرَادَ الصَّلَاةَ لَزِمَهُ الْوُضُوءُ

“Bila seseorang berhadats pada saat mandi junub; maka itu tidak memengaruhi mandinya. Tetap dia selesaikan dan mandinya sah. Namun bila dia ingin shalat; harus berwudhu kembali.” (Mukhtashar Al Majmu’, II/109)

Sehingga apabila seseorang mandi junub; maka itu sudah mewakili wudhunya. Dan dia boleh langsung shalat meskipun tidak berwudhu. Mandi junubnya itu telah mewakili wudhu. Baik dia berniat wudhu sekalian maupun tidak. Berdasarkan firman Allah ta’ala :

وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ

“Dan jika kamu junub maka bersucilah (mandi).” (Al Ma’idah: 6)

Dalam ayat ini Allah tidak menyebutkan wudhu. Meskipun tentu saja, mengawali mandi junub dengan wudhu ialah hal yang lebih utama.

Ucapan Syukur

Dengan ini selesai sejumlah pembahasan mandi Junub yang nampaknya layak untuk diketahui oleh setiap kita. Segala puji bagi Allah di awal dan di akhir.

Oleh: Al Ustadz Hari dengan sedikit editan standarisasi penulisan Islam Hari Ini.

join chanel telegram islamhariini 2

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar